Hal itu diungkapkannya pada saat meresmikan modul penerimaan negara generasi ketiga (MPN G3) di gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat.
Sri Mulyani menceritakan pada saat liburan bersama keluarganya, sang suami yaitu Toni Sumartono tiba-tiba kehabisan pulsa telepon dan meminta anaknya untuk membelikannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya pun merasa heran dengan kecepatan anaknya membelikan pulsa untuk orang tuanya. Sebab, yang ada di pikirannya adalah membeli dengan mencari toko yang menjual pulsa.
Namun, berkat perkembangan teknologi maka pembelian pulsa pun bisa menggunakan layanan perbankan yang sudah ada seperti mobile-banking (m-banking).
"Karena saya menteri keuangan golongan kolonial, saya impress dong dengan kecepatan isi pulsa itu. Besoknya, saya instruksikan ke tim kementerian keuangan, 'Kok orang beli pulsa cepat banget?'," tegas Sri Mulyani.
Dari kejadian itu, ide Sri Mulyani mengenai pembayaran pajak semudah membeli pulsa pun muncul. Bahkan, dirinya tidak hanya menginstruksikan Dirjen Pajak saja soal kecepatan dan kemudahan membayar pajak, hal itu juga berlaku sama untuk Ditjen Anggaran dan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) untuk membayarkan PNBP, bea dan cukai.
"Makanya saya selalu jelaskan apa gunanya bayar pajak dan bisa tidak bayar pajak itu secepat bayar pulsa saja," katanya.
"Saya instruksikan ke Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, dan Ditjen Anggaran. Pajak terima pajak, BC terima bea, cukai, PNBP, anggaran terima BLU, non pajak, royalti, hasil perpanjangan passport, dan lain-lain," sambungnya.
(hek/dna)