Kini Adaro mulai mendulang keuntungan dari tambang batu bara tersebut. Perusahaan masih mempelajari agar bisa memanfaatkan secara maksimal tambang tersebut.
"Tahun kemarin sudah penuhi Rio Tinto. Ini adalah tambang pertama underground mining yang kita punya. Jadi masih kita dalami. Kita masih tingkatkan efisiensi di sana," kata Direktur Adaro Energy Mohammad Syah Indra Aman di Gedung BEI, Jakarta, Senin (26/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tambang ini terletak 40km di utara kota Emerald yang berada di area batu bara Bowen Basin di tengah negara bagian Queensland. Pada tahun 2017 Kestrel memproduksi 4,25 Mt batubara metalurgi berkualitas tinggi dan memiliki cadangan yang dapat dijual (marketable reserves) sebesar 146 Mt dan sumber daya sebesar 241 Mt.
Baca juga: Boy Thohir, Komisaris Baru Gojek |
Meski begitu, dirinya berharap tambah Kestrel bisa memberikan kontribusi besar atas produksi batubara perusahaan. Total produksi diharapkan bisa bertambah 40% tahun ini jadi 6,7 juta ton dari tambang tersebut.
Adaro Energy sebelumnya telah menandatangani kesepakatan mengikat dengan EMR Capital Ltd (EMR) pada 27 Maret 2018. Perjanjian itu untuk mengakuisisi 80% kepemilikan atas Kestrel.
EMR dan Adaro Energy akan secara bersama-sama mengelola dan mengoperasikan tambang Kestrel. Setelah transaksi ini dirampungkan, kepemilikan atas Kestrel meliputi Kestrel Coal Resources Pty Ltd (80%) dan Mitsui Coal Australia (20%).
Kestrel Coal Resources Pty Ltd merupakan perusahaan patungan yang dibentuk Adaro Energy dengan penguasaan 48% dan EMR 52%.
(das/ang)