Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) Kalimantan Timur, Bagus Susatyo menjelaskan para juragan properti tersebut antara lain Agung Podomoro, Ciputra, Sinarmas, Cowell, dan lain-lain. Mereka, telah memiliki lahan sebelum lokasi ibu kota diumumkan.
"Ada Agung Podomoro, ada Ciputra, ada Sinarmas Land, ada Cowell. Pengembang besar tersebut membuka lahan di Samarinda maupun Balikpapan yang sudah exist di nasional mereka setahun lalu sudah exist di sini," katanya kepada detikFinance, Rabu (28/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagus menyebut, masing-masing pengembag rata-rata memiliki lahan 40 sampai 200 hektare (ha).
"Jadi pengembang nasional sudah membuka kawasan di sini kisarannya 40-200 ha yang dia sudah kembangkan baik Balikpapan maupun Samarinda," terangnya.
Dia menjelaskan, industri properti telah berkembang di Kalimantan Timur sekitar 5 tahun ke belakang. Sektor properti di kawasan tersebut terutama ditopang oleh kegiatan tambang batu bara. Namun, belakangan bisnis batu bara lesu dan turut menghantam bisnis properti.
Alhasil, penjualan properti untuk kelas menengah atas turun sampai 70-80%. Para pengembang pun kemudian lari ke sektor rumah murah atau rumah subsidi untuk mengatasi hal tersebut.
"Sejak 2015 sampai sekarang mengalami penurunan akibat harga batu bara yang tidak baik, sehingga banyak perusahaan tambang mengalami penutupan yang selama ini digerakkan industri komoditas, agak sedikit mengalami kemandekan. Jadi berdampak daya beli masyarakat. Sehingga, yang sekarang menjual cukup positif adalah rumah subsidi," paparnya.
Adanya wacana pindah ibu kota ini, kata dia, diharapkan dapat kembali menggairahkan sektor properti. Namun, dia bilang, saat ini pengembang menunggu akses ke ibu kota baru tersebut.
"Karena membangun di sekitar situ belum mungkin, mungkin proses nanti jalan sudah masuk baru kita kembangkan di situ. Yang kita kembangkan di sini memaksimalkan Samarinda-Balikpapan," tutupnya.
(hns/hns)