Yang termutakhir, kecelakaan beruntun terjadi di Km 91, Purwakarta, Jawa Barat. Kecelakaan yang sedikitnya menelan enam orang korban jiwa tersebut sampai melibatkan 20 kendaraan.
Sepanjang KM 90 sampai dengan KM 100 memang menjadi daerah di ruas tol Cipularang yang rawan kecelakaan. Sepanjang 10 km dari ruas tersebut, arus dari arah Jakarta mengalami tanjakan panjang dan arus sebaliknya mengalami turunan panjang sehingga cukup landai saat dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasubdit Pemantauan dan Evaluasi Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan, Ditjen Bina Marga Wahyudi mengatakan faktor kendaraan dan human error kerap menjadi biang kerok terjadinya kecelakaan di titik tersebut. Dari sisi kendaraan, truk-truk odol (over dimension over load) menjadi faktor paling sering.
"Banyaknya faktor kendaraan. Truk-truk atau kendaraan yang overload, over dimensi. Laporan awalnya kan remnya blong," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Senin (2/9/2019).
"Itu lagi sering dilakukan razia di teman-teman perhubungan dan korlantas. Rata-rata begitu (truk odol)," tambahnya.
Dia bilang, berdasarkan hasil safety audit dari kecelakaan yang selama ini terjadi, faktor jalan belum pernah menjadi penyebabnya.
"Kalau jalan semua masih sesuai SPM (standar pelayanan minimum) jalan tol. Yang banyak itu kita punya kecelakaan karena kendaraan, masalah manusia, masalah pengemudi. Dari faktor jalan sejauh ini belum," jelasnya.
Namun untuk kasus kecelakaan terakhir, Wahyudi mengaku saat ini pihaknya masih menunggu hasil safety audit yang sedang dilakukan. Dari hasil safety audit, bakal ada rekomendasi yang akan segera ditindaklanjuti untuk meminimalisir kejadian serupa.
Di dalam 10 kilometer tersebut, setiap tanjakan panjang dan curam biasanya terdapat penambahan lajur untuk truk dan bus yang berjalan lambat.
"Nanti ada langkah-langkah berikutnya setelah dilakukan safety audit. Semua dari hasil audit akan ada rekomendasi apa langkah yang akan dilakukan," ungkapnya.
(eds/dna)