Cerita Bos Traveloka, Lebarkan Sayap dari Bisnis Travel ke Fintech

Cerita Bos Traveloka, Lebarkan Sayap dari Bisnis Travel ke Fintech

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 04 Sep 2019 13:17 WIB
Foto: shutterstock
Jakarta - Traveloka menjadi satu dari empat startup asal Indonesia yang kini berhasil menjadi unicorn. Unicorn adalah perusahaan rintisan yang memiliki valuasi aset US$ 1 miliar.

Kini Traveloka telah berkembang dari bisnis yang awalnya hanya menawarkan jasa pencarian pesawat secara online hingga layanan pembayaran produk yang dijualnya dengan cara dicicil. Fitur baru bernama PayLater tersebut dilakukan dengan menggandeng layanan peer to peer (P2P) lending tanah air yang telah mendapat izin dari OJK, yaitu Danamas.

Senior Vice President Financial Products dari Traveloka, Alvin Kumarga bercerita awalnya bisnis Traveloka dimulai dari keresahan salah seorang pendiri Traveloka yang sulit menemukan tiket pesawat untuk pulang dari luar negeri ke tanah air. Akhirnya pada 2012, bisnis Traveloka dimulai dengan menyediakan situs pencari dan pembanding tiket pesawat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya dimulai karena satu hal. Salah satu pendiri Traveloka itu kan orang Padang. Waktu itu sekolah di luar negeri, mau cari penerbangan ke Padang susahnya minta ampun. Kita mulai lah meta search untuk cari pesawat penerbangan," katanya dalam Indonesia Fintech Forum 2019 di Auditorium Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Seiring berjalannya waktu, Traveloka pun berubah menjadi situs reservasi (pemesanan) tiket pesawat. Mulailah Traveloka bekerja sama dengan airline lokal dan regional.

"Jadilah kita online travel agent," katanya.


Permintaan customer pun terus berkembang terhadap layanan yang ditawarkan Traveloka. Dari suara-suara keinginan konsumen, unicorn berlogo burung putih tersebut kemudian melebarkan sayap dengan menyediakan reservasi hotel sebagai akomodasi dalam berwisata.

"Kami melihat travel bukan hanya terbang atau tinggal di hotel. Orang mau menemukan hal yang baru dalam hidupnya. Oleh karena itu kita tak hanya sediakan flight dan akomodasi, kita lakukan experience," kata Alvin.

Traveloka terus melebarkan bisnisnya ke layanan lainnya seperti pembelian tiket bioskop, konser, hingga tempat wisata. Semuanya itu dilakukan dengan core bisnis masih bertumpu pada wisata.

"Setelah itu kita dengar lagi dari customer, kalau mau travel pasti butuh dana yang nggak kecil. Butuh fleksibilitas dari pembayaran. Dari sinilah lahir opsi pembayaran yang bisa diperpanjang," kata Alvin.

Metode cicilan pun menjadi fitur yang diikuti oleh para start up lainnya. Bahkan langkah Traveloka diikuti sejumlah start up lainnya untuk menghadirkan layanan serupa.

"Selalu start with the user problem. Jangan buat satu produk tanpa mengerti masalah konsumen apa. Selalu kita fokus customer problem," ungkapnya.




(eds/fdl)

Hide Ads