Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan meskipun ekonomi global belum masuk ke resesi, namun sudah menunjukkan perlambatan atau sudah lampu kuning.
Menurut dia perlambatan ekonomi global ini harus diantisipasi lebih dini. Agar perekonomian tak terus memburuk dan benar-benar menuju resesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan saat ini memang beberapa negara sudah menunjukkan perlambatan ekonomi yang ekstrim bahkan negatif.
"Sebut saja Argentina, Turki, Venezuela dan Brazil. Kemudian beberapa negara di Asia seperti China, Singapura, India, Thailand dan Malaysia juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi karena efek negatif dari trade war," kata Ryan.
Kemudian, sejumlah lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, ADB, OECD dan ECB juga sudah meramal jika pertumbuhan ekonomi global tahun ini juga akan melemah dan peluang rebound tahun 2020 masih berat karena efek trade war dan Brexit hingga geopolitik seperti demo di Hong-Kong dan tensi AS - Korea Utara masih panas.
Menurut dia, memang untuk beberapa negara seperti Turki dan Argentina mungkin sudah masuk ke zona resesi ekonomi. Untuk AS sendiri, probabilitas resesi ekonomi masih 25% karena dari 12 indikator makro ekonominya yang paling utama baru 2 indikator yang merah, 4 kuning dan 6 hijau.
"Merah artinya indikasi resesi, kuning waspada dan hijau masih ok. Jadi resesi di AS menggunakan 12 variabel makroekonomi, bukan parameter umum yg dianut di negara2 lainnya yaitu jika pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif dalam dua kuartal berturut-turut," imbuh dia.
(kil/fdl)