Kilau harga emas kini berada di tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Lantaran kedua kepala negara ini akan bertemu untuk untuk membahas masalah tarif bea masuk. Pertemuan itu juga diramal akan meredakan tensi perang dagang.
"Bulan November Trump dan Xi dijadwalkan akan bertemu untuk membahas tarif," kata peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira saat dihubungi detikcom, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga emas Antam tercatat terus turun dalam lima hari terakhir setelah mencetak rekor di angka Rp 775.000/gram pada pekan lalu. Artinya, dalam lima hari harga logam mulia Antam turun Rp 21.000.
Pergerakan harga emas yang naik, kata Bhima dikarenakan banyak investor yang merelokasikan uangnya di saham ke emas. Pengalihan itu karena saham dinilai sebagai aset berisiko tinggi di tengah ketidakpastian global. Sedangkan emas menjadi pilihan karena aset berisiko rendah.
Penurunan harga emas usai cetak rekor, kata Bhima karena adanya rencana pertemuan antara Donald Trump dengan Xi Jinping yang akan meredakan tensi perang dagang antara AS dengan China. Sehingga, mulai banyak juga investor yang melepaskan aset emasnya dan berdampak pada penurunan harga emas.
Meski demikian, Bhima menilai penurunan harga emas akan terjadi secara temporer atau sementara. Pasalnya, agenda pertemuan Donald Trump dengan Xi Jinping masih bisa gagal dan membuat harga emas kembali meningkat.
Oleh karena itu, pergerakan harga emas ke depannya akan bergantung pada Donald Trump dan Xin Jinping.
"Tapi penurunan harga emas ini diperkirakan hanya temporer. Jika pertemuan gagal mencapai konsensus maka ketidakpastian global akan naik lagi dan emas diburu investor," ungkap dia.
Baca juga: Usai Cetak Rekor, Harga Emas Turun Terus |
(hek/eds)