Bagaimana PKH Era Jokowi Menyentuh Warga Pulau Terluar?

Bagaimana PKH Era Jokowi Menyentuh Warga Pulau Terluar?

Uji Sukma Medianti - detikFinance
Jumat, 20 Sep 2019 10:33 WIB
Foto: Rifkianto Nugroho
Simeulue Barat - Bagi masyarakat perkotaan, memiliki rekening bank adalah hal yang lazim. Bahkan satu orang bisa saja memiliki lebih dari satu akun sekaligus di bank yang berbeda. Namun, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok.

Seperti yang dituturkan oleh Linda (38), warga Desa Malasin Simeulue Barat. Ibu empat anak ini mengaku baru punya rekening bank ketika mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial pada 2018 lalu.

"Saya menjadi nasabah BRI dari tahun 2018 waktu dapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Sejak itu pertama kali saya punya rekening ATM BRI," kata Linda saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Linda adalah salah satu dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Malasin. Pekerjaan suaminya sebagai buruh tani, diakui Linda hanya cukup dipakai untuk makan saja. Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya program ini. "Alhamdulillah kami terbantu mulai dari untuk anak sekolah. Mulai beli tas, buku. Kalau ada sisa buat beli beras juga," tuturnya.


Linda mengaku saat awal-awal menerima bantuan pada 2018, ia mendapatkan uang pencairan sebesar Rp 500 ribu tiap tiga bulan. Namun pada awal 2019 ia mendapatkan bantuan hingga Rp 2,8 juta tiap tiga bulannya. Ia selalu mencairkan dananya di Agen BRILink milik Taufik, tetangganya.

"Karena saya kan punya balita satu, dan satu anak SMA. Anak kedua dan ketiga masih SD dan satu orang tua lansia," kata Linda.

Terkait penambahan jumlah nilai bantuan ini, memang sudah berlaku pada awal Januari 2019. Kementerian Sosial mengubah skema bantuan menjadi non flat dengan memperhitungkan perbedaan indeks bantuan di setiap keluarga penerima manfaat (KPM).

Jika PKH berada di tempat yang sulit di akses maka mendapat bantuan sebesar Rp 1 juta per tahun, kemudian apabila dalam satu keluarga memiliki ibu hamil/balita dapat Rp 2,4 juta per tahun dan anak SMA Rp 2 juta per tahun, serta ada penyandang disabilitas dan lansia 60 tahun ke atas masing-masing mendapat Rp 2,4 juta per tahun.

"Dari awal penarikan itu kalo nggak salah Rp 500 ribu per tiga bulan. Tapi setelah itu naik ke Rp 2,8 juta. Karena saya ada balita satu, dan satu anak SMA. (Anak) kedua masih SD ketiga masih SD juga," tuturnya.


Kepala Unit BRI Sinabang Deny Syahputra mengatakan tahun 2018 jumlah penerima PKH di Kabupaten Simeulue ada 3.000 rekening. Namun, akan ada penambahan jumlah penerima pada program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) menjadi 5.000 rekening.

"Dari sisi nasabah, memang ini pasti nambah. Kalau PKH ada 3.000 rekening, untuk bantuan pangan non tunai kita nambah 2.000 orang jadi 5.000 rekening penerima di Kabupaten Simeulue," tuturnya.

Dijelaskan Deny, total dana PKH yang tersalurkan di Simeulue Barat ada Rp 268.500.000 untuk 525 orang Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!



Bagaimana PKH Era Jokowi Menyentuh Warga Pulau Terluar?



(ujm/ujm)

Hide Ads