GM Indonesia Power (anak usaha PLN) Unit Pembangkit Suralaya Amlan Nawir menyatakan hasil pembakaran batu bara di PLTU Suralaya sudah sesuai dengan standar udara dalam baku mutu yang ditetapkan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
Dalam rangkuman data yang dipaparkan Amlan, konsentrasi pencemaran udara harian di PLTU Suralaya paling maksimal hanya 40,897 miligram/meter kubik. Sedangkan, standar baku mutu harian dari KLHK sebesar 230 miligram/meter kubik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amlan menyebutkan di setiap cerobong-cerobong PLTU sudah dilengkapi alat yang digunakan sebagai filter alias penyaring abu hasil sisa pembakaran.
"Untuk atasi abu keluar itu ada namanya electro static prespirator, sehingga flight ash nggak ada. Hampir 99% bisa tertanggkap," ucap Amlan.
Masih dalam data yang dipaparkannya, Amlan menjelaskan pencemaran udara sebesar 40,897 miligram/meter kubik hanya mempengaruhi wilayah sejauh 2,9 km saja. Sedangkan Jakarta menurutnya, jaraknya sangat jauh dari Suralaya.
"Ke Jakarta aja nih sangat jauh sekali, 150 km dari sini nggak mungkin kalaupun ada polusi itu jauh sekali," kata Amlan.
Sebelumnya, Pengkampanye Energi dan Perkotaan Walhi, Dwi Sawung menyebut PLTU Babelan, yang berada di sebelah timur Jakarta, PLTU Lontar di Jakarta Barat, dan PLTU Suralaya, di Banten bisa membawa polusi hasil pembakarannya.
Emisi gas buang dari PLTU-PLTU berbahan bakar batu bara bisa saja sampai ke Jakarta bila angin mendukung dan menyumbang polusi udara.
(dna/dna)