Jika dihitung maka total biaya yang harus dikeluarkan pemerintah mencapai US$ 700 juta atau setara Rp 9,94 triliun (kurs Rp 14.200). Hitungan itu merupakan perkiraan, belum dihitung potensi dari penjualan besi anjungan.
"Itu cost per rig akan berbeda-beda, itu rata-rata. Nanti paling cost-nya kalau dikurangin kalau misalnya besinya laku dijual," kata Deputi I Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Purbaya Yudhi Sadewa, di Studio CNBC Indonesia, Selasa (1/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setidaknya sudah ada 1 lembaga riset dari Korea yang tertarik dalam kegiatan pembongkaran anjungan hulu migas itu. Bahkan lembaga itu bersedia untuk membantu mengurangi biayanya.
"Ada lembaga riset dari Korea yang mau 25% biayanya dia yang tanggung. Kita juga enggak tahu kenapa mereka baik, ya kita akan manfaatkan saja," tuturnya.
Melansir CNN Indonesia, terdapat empat alternatif yang masih direncanakan yakni dijadikan rumpon (rig to reef), penghancuran secara total, digunakan oleh Angkatan Laut sebagai pos jaga, atau objek wisata.
Rig to reef atau memanfaatkan anjungan hulu migas menjadi tempat terumbu karang, juga tengah dipertimbangkan pemerintah dengan mencari perusahaan yang berminat. Tujuannya untuk membantu mengurangi biayanya.
"Kita harapkan 3 bulan selesai, ya tahun ini. Kalau semua tak laku ya terpaksa pemerintah yang akan menanggung semuanya," tambahnya.
(das/zlf)