Tekan Impor, Kemenperin Mau Genjot Produksi Petrokimia Nasional

Tekan Impor, Kemenperin Mau Genjot Produksi Petrokimia Nasional

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 03 Okt 2019 16:15 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Industri petrokimia di Indonesia dalam jangka panjang diyakini akan tetap cerah meski saat ini di pasar internasional tengah terjadi koreksi harga yang disebabkan melimpahnya pasokan yang berasal dari China maupun Amerika, khususnya produk ethylene.

Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Fridy Juwono menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama di sektor petrokimia. Apalagi, Indonesia masih memiliki cadangan total minyak bumi 3,3 Miliar Barrel, cadangan total gas bumi 135,55 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan cadangan total batubara 39,89 Miliar Ton.

"Sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia dan sebagian besar sumber daya ini masih diekspor dan belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri," ujar Fridy, dalam keterangannya, Kamis (3/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kemenperin sebagai leading sector, mengajak semua pihak, bersama-sama mendorong industri petrokimia nasional. Apalagi, saat ini lebih dari 50% kebutuhan petrokimia nasional
masih dipenuhi dari impor.

Salah satu pelaku industri yang sangat diharapkan adalah TubanPetro Group, yang diharapkan segera mengoptimalkan falitasnya untuk mengutamakan produksi bahan baku industri yang lebih tinggi nilai tambahnya daripada memproduksi untuk BBM.

"Pengoperasian TubanPetro Grup di sektor industri petrokimia diharapkan dapat meningkatkan pasokan petrokimia bagi industri dalam negeri yang selama ini masih bergantung pada impor. Selain itu, hal tersebut di atas dapat membantu menekan defisit neraca perdagangan Indonesia akibat impor yang lebih besar daripada ekspor," tegas Fridy.


Agar pengembangan industri petrokimia bisa berjalan optimal, Kemenperin terus mendorong tumbuhnya industri petrokimia nasional dengan berupaya menjaga dan menciptakan iklim investasi dan iklim usaha yang ramah dan kondusif.

Hal tersebut dilakukan dengan menyusun dan menjalankan kebijakan dan program strategis baik dari sisi fiskal, sektor riil maupun moneter.

Selain itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk penurunan suku bunga, perbaikan sistem logistik, menjamin ketersediaan bahan baku dan energi dengan harga yang kompetitif untuk mendorong tumbuhnya industri petrokimia nasional.


(dna/dna)

Hide Ads