Sistem transportasi futuristik ini menggunakan jalur rel virtual. Sistem ini juga disebut-sebut sangat fleksibel, murah, lebih baik dari trem maupun kereta biasa, ramah lingkungan, tak membutuhkan rel baja, serta kapasitas angkut lebih besar dari bus.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan transportasi satu ini akan direncanakan untuk dibangun di pusat ibu kota baru, bersamaan dengan bus listrik dan trem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saking seriusnya mau membuat ATR di ibu kota baru, Budi Karya menyebutkan akan segera mengutus Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk melakukan survey ke negara yang sudah menggunakannya. Dia menyebut, Australia, China, dan Jerman sudah menggunakannya.
"Australia, China dan Jerman antara lain yang sudah menggunakannya. Saya akan menugaskan Dirjen Perhubungan Darat untuk melakukan survei sana," kata Budi Karya.
Soal sumber investasi pengembangannya sendiri, dia memastikan sejauh ini belum ada penjajakan atau proposal resmi yang masuk. Meskipun, beberapa waktu lalu Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menyebut salah satu perusahaan asal China sudah menyampaikan minatnya.
Sementara itu Budi Karya menyebut, perusahaan asal Kanada justru sudah menyampaikan minat serupa langsung kepadanya. Perusahaan Kanada tersebut mengklaim sebagai pihak yang telah membangun sistem transportasi kereta api di China.
"Kalau itu secara khusus mau investasi, ke saya ya, belum ada. Saya malah kemarin didatangi investor dari Kanada. Selama ini kita belum pernah dengar kan Kanada mau investasi, tapi dia bilang saya itu sudah di China, saya di China bangun kereta api," cerita Budi Karya.
"Mengapa nggak langsung keisini, ini berita baik ya," ucapnya.
Untuk diketahui, untuk di China sendiri sudah menggunakan ART, moda transportasi tanpa kabel listrik dan rel sejak Juni 2017. Sistem ini sudah diuji coba di jalan raya daerah Zhuzhou di Provinsi Hunan.
(dna/dna)