Sri Mulyani Ungkap Rumitnya Masalah Industri Tekstil

Sri Mulyani Ungkap Rumitnya Masalah Industri Tekstil

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 04 Okt 2019 18:07 WIB
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meninjau Pusat Logistik Berikat (PLB) Dunia Express, Sunter, Jakarta siang ini. Kunjungan tersebut merupakan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di mana sebelumnya kepala negara mendapat keluhan pengusaha soal banjir impor tekstil.

Banjir impor tekstil sendiri salah satunya ditengarai melalui pintu PLB.

"Latar belakangnya saya minggu ini dipanggil bapak presiden, karena beliau mendapatkan keluhan dari asosiasi tekstil berhubung banyaknya impor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia yang menyebabkan tekanan industri tekstil. Dan salah satu yang dijadikan pintu adalah PLB," kata Sri Mulyani lokasi PLB, Jakarta, Jumat (4/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Sri Mulyani memaparkan persoalan industri tekstil. Dia mengatakan, industri tekstil mendapat tantangan karena Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump menerapkan kebijakan kenaikan tarif. Sehingga, diperkirakan terjadi banjir impor.

Untuk Indonesia, banjir impor tidak terlalu tampak lantaran peningkatan nilai impornya tidak naik signifikan.

"Total impor TPT nasional terutama bentuk serat dan kain bukan hilirnya, tidak mengalami kenaikan signifikan US$ 4,7 miliar pada 2017, tahun 2018 US$ 4,9 miliar dan 2019 US$ 3,7 miliar ini data sampai September," jelasnya.


Di luar hal itu, Sri Mulyani mengungkap persoalan industri tekstil khususnya dari dalam negeri untuk sektor hulu berupa serat dan antara (tengah) berupa kain.

Lanjutnya, kapasitas industri hulu dan tengah itu saat produksinya belum penuh sekitar 40-50%. Dia mengatakan, kapasitas dalam negeri untuk serat benang 3,1 juta ton dan tekstilnya 3,9 juta ton.

Namun, hal yang mencengangkan ialah, di saat produksi belum penuh terdapat impor 1,2 juta ton impor serat.

"Kalau di satu sisi ada kapasitas dari produksinya nggak dipakai tapi ada impor berarti ada macam-macam persoalan yang dihadapi dalam industri tersebut," ujarnya.

Terkait PLB, dia mengatakan, hanya menampung 4,1% dari total impor TPT. Menurutnya, pengurusan barang di PLB sangat teliti sehingga sulit dijadikan pintu gerbang selundupan barang impor.

"PLB sendiri Dunex dan dari asosiasi dan ambasador PLB, justru kalau impor melalui PLB monitoringnya dan prosesnya malah jauh lebih teliti, kalau menyelundup teorinya justru nggak melalui PLB," ujarnya.




(fdl/fdl)

Hide Ads