Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengungkap, hal paling mendasar yang membuat program sejuta rumah jauh dari tempat kerja adalah adanya aturan yang menyebut bahwa harga tanah untuk rumah bersubsidi harus di bawah harga yang ditapkan pemerintah.
"Susah mencari tanah yang sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Misalkan harga jual di daerah tertentu itu sekian, 150, nanti kita hitung balik, kita harus beli tanah maksimal 150.000/meter persegi," kata Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata dihubungi detikcom, Minggu (6/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demi harga tanah yang murah sesuai dengan ketetapan pemerintah, tak jarang pengembang jadi harus berburu lahan hingga ke pelosok. Selain lokasinya yang jauh, kata pria yang akrab disapa Eman ini, infrastruktur yang tersedia di dekat rumah dalam program sejuta rumah juga umumnya kurang lengkap.
"Di banyak tempat, banyak yang tidak sinkron antara penyediaan rumah dengan infrastruktur. Tiba-tiba listriknya nggak ada. Air bersihnya nggak ada," tutur Eman.
Masalah-masalah itu lah yang menurutnya harus mendapat perhatian bersama agar program sejuta rumah yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa lebih tepat sasaran.
Karena bila tak mendapat perhatian serius, masalah penyediaan hunian dalam program sejuta rumah akan terus berlanjut.
"Di satu pihak ada tantangan. Harga lahannya harus murah. Kalau daerah yang infrastrukturnya sudah bagus kan pasti harganya nggak murah. Itu adalah tantangannya," tandasnya.
(das/dna)