Selain itu, rencana Stasiun Manggarai menjadi pusat juga nantinya juga akan dilakukan pembangunan penambahan jalur rel kereta api khususnya ka bandara yang selama ini masih satu jalur dengan KRL Commuter Jabodetabek.
Sebelum dicanangkan sebagai pusat stasiun, begini sejarah singkat Stasiun Manggarai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awalnya, sejak 1913 perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen (SS) menguasai seluruh jaringan rel kereta api di Batavia dan Meester Cornelis. SS menata ulang jalur kereta api di dua kotapraja tersebut. Salah satunya adalah pembongkaran Stasiun Boekitdoeri dan mulai membangun stasiun baru di wilayah Manggarai.
Stasiun Manggarai mulai dibangun pada 1914 dan diresmikan pada 1 Mei 1918. Pembangunannya dipimpin oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Saat itu Stasiun Manggarai memiliki satu bengkel besar paling lengkap yang dimiliki SS untuk merehabilitasi dan merakit ulang kereta, gerbong dan lokomotif uap.
Semasa zaman kolonial Belanda, areal Stasiun Manggarai meliputi batas Sungai Ciliwung di sebelah timur sampai ke sebelah barat yang sekarang menjadi Jl. Swadaya. Sedangkan batas selatan sepanjang jalan Van Goens (Manggarai Selatan 1) dan Boekit Doeri West (Bukit Duri Barat) sampai pagar stasiun di utara yang sekarang menjadi Jl. Dr. Saharjo.
Tidak lama setelah Proklamasi, pada September 1945, Stasiun Manggarai diambilalih oleh puluhan ribu demonstran massa pemuda dan buruh kereta api setelah melakukan aksi long march dari Stasiun Jakarta Kota. Selain itu, pada 3 Januari 1946, di areal stasiun ini pula segala persiapan rahasia dilakukan untuk perjalanan Kereta Luar Biasa (KLB) pemindahan Presiden dan Wakil Presiden RI menuju Yogyakarta.
(zlf/zlf)