Warga Bantul Sulap Pelepah Pisang Jadi Lukisan Bernilai Tinggi

Warga Bantul Sulap Pelepah Pisang Jadi Lukisan Bernilai Tinggi

Pradito Rida Pertana - detikFinance
Sabtu, 12 Okt 2019 08:09 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana
Bantul - Pelepah pisang yang mengering biasanya hanya dianggap sampah oleh masyarakat, namun di tangan Yohani Paliyadi (35) pelepah pisang kering disulap menjadi karya seni. Karya seni yang dimaksud ialah lukisan dengan teknik tempel pelepah pisang bernilai jual tinggi.

Bertandang ke workshop milik Paliyadi di Pedukuhan Nglarang Kraton, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, detikcom mendapati Paliyadi tengah memotong pelepah pisang dengan beragam ukuran. Selanjutnya, pelepah pisang itu mulai ia tempel di atas triplek hingga membentuk wajah Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Paliyadi menjelaskan, bahwa ia baru 3 tahun menekuni seni lukis dengan teknik menempel pelepah pisang di atas triplek. Menurutnya, ide itu muncul setelah ia melihat pelepah pisang yang digunakan untuk aksesori pembungkus kado.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu saya suka lihat pelepah pisang digunakan untuk melapisi kotak kado, kok bagus, terus tahun 2016 itu saya mulai coba aplikasikan (pelepah pisang) untuk melukis," katanya saat ditemui di workshopnya, Pedukuhan Nglarang Kraton, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (11/10/2019).

Warga Pedukuhan Nglarang Kraton, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul ini melanjutkan, berbekal hobi melukisnya sejak kecil, Paliyadi mulai melukis dengan teknik tempel pelepah pisang. Sedangkan untuk teknis penempelan pelepah pisang ke atas triplek, ia mengaku hanya melihat video tutorial di YouTube.

"Saya ini tidak punya basic sekolah seni, hanya lihat YouTube terus praktik. Jadi bisa dibilang saya ini otodidak," ucap Paliyadi.


Usaha pria yang sehari-hari berjualan es dawet dan melatih anak-anak sepakbola ini pun akhirnya berbuah hasil, ia mulai bisa melukis dengan teknik tempel pelepah pisang. Hingga akhirnya ia mulai mengkomersilkan hasil karyanya untuk menambah pemasukan setiap bulan.

Lanjut pemilik D'bog Creation ini, untuk menyelesaikan 1 lukisan dengan teknik tempel pelepah pisang sendiri ia memerlukan waktu sekitar 1 pekan. Hal itu karena ia perlu memilih pelepah pisang kering yang cocok dengan gradasi warna yang dibutuhkan.

"Pertama itu mencari pelepah pisang yang kering alami, maksudnya bukan pelepah pisang yang sengaja dijemur. Setelah itu saya membuat sketsa di media (triplek) dan mulai menempelkan pelepah pisang sesuai sketsa dengan lem," katanya.

Untuk bahan baku sendiri, Paliyadi mengaku tidak kesulitan mendapatkannya. Hal itu karena di sekitar rumahnya banyak terdapat pelepah pisang kering.

"Proses menempel pelepah pisang ini yang agak lama, karena yang menempel harus melihat serat (pelepah pisang) agar bisa gradasi warna dan menimbulkan efek 3D. Jadi kuncinya melukis dengan teknik tempel pelepah pisang itu pada gradasi warna saja," ujar Paliyadi.

Sedangkan untuk finishingnya sendiri, pria murah senyum ini hanya melapisi pelepah pisang dengan lem. Menurutnya, finishing tersebut membuat lukisannya awet hingga 2 tahun.

"Jadi jangan pakai obat pengawet untuk finishingnya, mending pakai lem karena pelepah pisang kan keringnya alami dan sudah mengkilap," ucapnya.

Terkait harga, Paliyadi menyebut untuk karyanya memiliki harga yang bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan pengerjaan. Ia menyebut, karyanya minimal dibanderol dengan harga Rp 400 ribu.

"Mungkin untuk peminat yang penasaran banyak, tapi untuk yang mau beli masih kesulitan (beli) karena harganya mulai Rp 400 ribu sampai Rp 1,5 juta. Contoh lukisan Masjid ukuran 1 meter x 80 cm ini saya banderol Rp 900 ribu dan untuk lukisan ibu anak ini harganya Rp 1.250.000," katanya.

Paliyadi menambahkan, saat ini ia mampu menjual 1 hingga 2 lukisan dalam sebulan. Sedangkan sistem penjualannya sendiri, Paliyadi condong menggunakan media sosial (medsos) Instagram @yohanipalliyadi_14. Selain itu, untuk mendongkrak penjualannya, ia kerap mengikuti pameran seni mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten hingga Provinsi.

"Ya kalau penjualannya masih taraf lokal, tapi impiannya bisa tembus sampai pasar internasional. Karena itu saya juga menerima pesanan lukisan, biasanya kalau pesanan itu lukisan tokoh-tokoh," kata Paliyadi.




(fdl/fdl)

Hide Ads