Kondisi tersebut disebabkan oleh penerimaan negara yang lebih rendah dibandingkan belanja negara.
"Kita bicara pelebaran defisit anggaran 2% sampai 2,2% terhadap PDB. Sifatnya masih kisaran karena ketidakpastian masih cukup tinggi," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Kemenkeu Luky Alfirman di Kemenkeu, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu defisit outlook sampai akhir tahun. Outlook itu kan terakhir 1,93% PDB. Itu untuk outlook akhir tahun juga," sebutnya.
Data terakhir yang dirilis Kemenkeu, defisit per akhir Agustus 2019 sebesar 1,24%. Angka ini lebih lebar dari defisit APBN 2018 pada periode yang sama sebesar 1,02%.
Kala itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit melebar karena pertumbuhan penerimaan lebih kecil dibandingkan belanja. Penerimaan yang lebih rendah dari proyeksi didorong oleh pelemahan ekonomi global yang masih terus berlangsung.
Sri Mulyani bilang pemerintah tak akan menahan belanja negara meski penerimaan masih seret. Alhasil, defisit anggaran juga diproyeksi melebar hingga akhir tahun.
"Kalau dilihat bahwa proyeksinya nanti akan mengalami tambahan shortfall, defisit akan lebih besar dari 1,93%," katanya di Auditorium Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Baca juga: RI Berutang Terus, JK: Asal Bisa Bayar Aman |
(toy/ang)