Peneliti INDEF Bhima Yudhsitira Adhinegara menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang masuk dalam kategori generasi sandwich.
Menurut dia, hal ini terjadi karena sebelumnya pendapatan orang tua baik saat produktif maupun saat usia pensiun tidak mampu menutupi kebutuhan hidup si orang tua termasuk hari tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Heboh Generasi Sandwich, Apa Itu? |
Dia menjelaskan, berikutnya adalah kenaikan biaya hidup untuk keluarga milenial baru yang tak seimbang dengan kenaikan pendapatan di tempat kerja. Misalnya punya anak dengan biaya sekolah yang rata-rata mengalami kenaikan.
Sehingga milenial juga harus memiliki tabungan dalam jumlah besar untuk mempersiapkan anaknya masuk sekolah.
Selain itu, banyak juga milenial yang terjebak gaya hidup mahal. "Misalnya acara pernikahan berbiaya ratusan juta dan megah. Kadang bukan salah anaknya, tapi orang tuanya yang gengsi dan akhirnya anak harus menanggung utang bahkan di saat awal pernikahan," jelas dia.
Baca juga: Dilema Mereka yang Jadi Generasi Sandwich |
Kemudian, ada juga orang tua yang memaksa anak untuk meneruskan bisnis keluarga yang belum tentu menguntungkan. "Ini karena orang tua menilai usaha keluarga adalah hal yang harus diwariskan saat orang tua tak produktif lagi. Bukannya menolong, tapi malah menjadi beban bagi si anak," ujar dia.
(kil/zlf)