"juga tidak kalah penting dan signifikan adalah bagaimana Boeing juga harus berikan satu tanggung jawab baik kepada airlines maupun penumpang," ujar Budi di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Laporan KNKT menyebutkan penyebab celakanya pesawat yang mengangkut 178 penumpang itu karena adanya ketidaksesuaian desain Boeing 737 Max 8 dengan reaksi pilot. Seperti terjadi kerusakan pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), fitur baru yang ada di Boeing 737 MAX 8.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menyerahkan penyelesaian ini kepada pihak Lion Air karena sudah masuk ranah bisnis. "Kami serahkan kepada airlines, karena business to business untuk menjelaskannya," jelas dia.
Direktur Utama PT Lion Mentari Airlines Edward Sirait saat ini mengaku masih menunggu kepastian hukum terkait permasalahan Boeing 737 MAX 8. Mengutip CNN, CEO Boeing Dennis Muilenburg tengah menjalani proses sidang di Senat AS. Pada Selasa (29/10), Dennis mengakui kepada Senat bahwa perusahaannya melakukan kesalahan dengan desain Boeing 737 MAX dan layak mendapatkan pengawasan setelah dua kecelakaan fatal Lion Air dan Ethiopian Airlines.
"Karena semua akhirnya bicara mengenai hukum. Kami tidak bisa menuding orang tanpa menyatakan sesuatu tanpa fakta," katanya.
Ia enggan berkomentar banyak terkait jalannya sidang tersebut. Pasalnya, hal ini menyangkut bisnis dan dunia penerbangan global. Namun demikian, ia mengapresiasi upaya Senat AS kepada Boeing lantaran langkah tersebut bisa memberikan kepastian hukum bagi Lion Air dan Ethiopian Airlines.
"Jadi kami lebih baik menunggu saja. Nanti pada akhirnya rilis resminya, baru setelah itu kami bisa komentar," ujarnya.
Selain masalah MCAS, KNKT menuturkan terdapat delapan faktor lainnya yang dinilai berkontribusi menyebabkan kecelakaan pesawat Lion Air. Salah satunya adalah tidak ada panduan pelatihan ataupun informasi mengenai MCAS di buku panduan pilot, sehingga pilot tidak mengetahui soal sistem baru tersebut.
(kil/hns)