Ekonomi RI Mandek di 5%, Wamenkeu: Negara Lain Jauh Lebih Rendah

Ekonomi RI Mandek di 5%, Wamenkeu: Negara Lain Jauh Lebih Rendah

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 06 Nov 2019 12:35 WIB
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara/Foto: Danang Sugianto
Jakarta - Perekonomian Indonesia masih belum bisa keluar dari level 5%. Pada kuartal III-2019 pertumbuhan Indonesia 5,02%, lebih rendah dari pertumbuhan di periode yang sama tahun lalu 5,17%.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai pertumbuhan ekonomi RI yang sedikit tertekan merupakan hal yang wajar di tengah gejolak perekonomian global. Hal itu bahkan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara global.

"Kita lihat pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi hanya 3,0%. Perkiraan itu turun terus. Awalnya prediksi 3,7%, turun ke 3,5%, turun ke 3,2% dan terakhir 3,0%," ujarnya di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gejolak ekonomi global yang terjadi telah telah mengganggu jalur perdagangan banyak negara termasuk Indonesia. Salah satu penyebab terbesar adalah memanasnya hubungan dagang dua negara ekonomi besar yakni Amerika Serikat (AS) dan China.

"Maka pasti permintaan akan ekspor dari Indonesia juga menurun ini yang kita lihat beberapa bulan terakhir tertekan. Data yang dikeluarkan BPS ekspor praktis flat 0%. Di sisi lain perekonomian Indonesia yang memiliki impor konten lumayan juga akan kena imbasnya," ujarnya.

Dengan kondisi itu, menurut Suahasil tidak heran juga berdampak negatif juga ke perekonomian domestik Indonesia, sehingga wajar jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 sedikit tertekan.

"Perekonomian kita meski tumbuh 5,02%, itu lebih rendah dibanding beberapa kuartal sebelumnya. Ini dampak dari kondisi global dan kita secara berkelanjutan berusaha memberikan support agar perekonomian bisa dijaga momentum pertumbuhannya," terangnya.


Meski begitu, Suahasil menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih patut disyukuri. Sebab banyak negara lain yang penurunan pertumbuhannya jauh lebih rendah bahkan terkoreksi.

"5,02% bukan angka rendah, ini harusnya bisa memberikan optimisme. Banyak negara lain yang jauh lebih rendah dan levelnya bahkan seperti Tiongkok yang sekarang level 6% turunya dari 2-3 tahun lalu cukup tajam. Tiongkok biasanya tumbuh double digit 10-11% turunnya ke 6%. Indonesia masih steady di level 5% dan akan kita jaga momentumnya," tegasnya.


(das/ara)

Hide Ads