"Simpul krisis makin dekat dan menjadi tantangan berat untuk Kabinet Indonesia Maju untuk mengakselerasi perekonomian," kata Abdul dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Dia mengungkapkan saat ini ada beberapa sumber gejolak ekonomi global seperti perdagangan, energi, perlambatan ekonomi negara maju dan utang, risiko perkembangan politik AS dan risiko dari sektor keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlambatan ekonomi China juga terus menurun ini akan mempengaruhi ekonomi global karena porsi PDB China mencapai 19% dari PDB dunia.
Direktur INDEF Eko Listiyanto mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin melambat hal ini menandakan Indonesia sedang menghadapi masa sulit, baik karena tekanan ekonomi global maupun kurangnya tenaga untuk mendongkrak perekonomian domestik.
"Banyak taktik untuk memperbaiki situasi ekonomi yang sedang sulit ini telah disampaikan ke publik, namun hasilnya belum juga bisa dipetik," imbuh dia.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan capaian kuartal III 2018 pada kuartal III 2019 ini laju investasi dan ekspor kian tertekan sementara konsumsi rumah tangga meskipun masih bisa dipertahankan namun rentan berbagai kenaikan harga seperti tarif jalan tol dan iuran BPJS kesehatan.
"Secara keseluruhan ini merupakan gambaran risiko resesi ekonomi yang harus segera diantisipasi," ujarnya.
(kil/eds)