Serbuan Pacul Impor Bikin Produsen Lokal Gigit Jari

Serbuan Pacul Impor Bikin Produsen Lokal Gigit Jari

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 11 Nov 2019 07:25 WIB
1.

Serbuan Pacul Impor Bikin Produsen Lokal Gigit Jari

Serbuan Pacul Impor Bikin Produsen Lokal Gigit Jari
Foto: Tim Infografis detikcom
Jakarta - Pacul belakangan ini kembali ramai diperbincangkan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung alat kerja pacul saja Indonesia masih impor.

Maraknya impor pacul juga membuat usaha perajin alat pertanian semakin tertekan. Mereka mengeluhkan penjualan yang menurun.

Padahal kualitas pacul Indonesia tidak kalah dengan produk impor. Permasalahannya harga pacul impor lebih murah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang perajin pacul, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Carlim mengeluhkan adanya kebijakan alat pertanian impor, termasuk pacul. Semenjak adanya kebijakan impor pacul, Carlim mengaku penjualan pacul hasil produksinya mengalami penurunan.

"Sejak ada impor itu memang menurun, ya sedikit lah. Biasanya sebulan itu terjual 150 kodi, tapi pas ada impor jadi sekitar 80 kodi sebulannya," kata Carlim saat ditemui di tempat produksinya di Desa Jemaras Kidul, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (10/10/2019).

Carlim mengaku sudah 30 tahun memproduksi pacul. Pacul hasil produksi Carlim dijual ke berbagai daerah.

"Ya paling banyak di Jawa, ada di Indramayu, Banten, Cirebon dan sekitarnya. Pernah juga ke Sumatera, Lampung dan lainnya," kata Carlim.

Untuk harga pacul produksi hasil produksi Carlim dibanderol dari mulai harga Rp 200 ribu hingga Rp 700 ribu per kodinya. "Harganya ditentukan sama ukuran, paling kecil ya Rp 200 ribu per kodinya," ucap Carlim.

Carlim berharap pemerintah bisa mengendalikan maraknya impor produk alat pertanian. Sebab, Carlim mengaku kondisi demikian dapat merugikan produksi alat pertanian lokal.

Selain itu, lanjut Carlim, modernisasi alat pertanian juga menjadi salah satu faktor menyusutnya penjualan produk lokal. "Ya bukan cuma pacul, ada alat lainnya. Alat pemotong padi yang impor juga berpengaruh, yang modern-modern itu," ucapnya.

Saat ini Carlim memiliki empat karyawan. Dalam sehari Carlim mengaku bisa menghasilkan 100 buah pacul. Selain membuat pacul, rumah produksi Carlim juga membuat sejumlah alat pertanian lainnya seperti arit, golok, pedang dan lainnya.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Masuknya produk impor pacul ternyata juga mempengaruhi pelaku industri kecil menengah (IKM) pacul di Indonesia. Mereka merasa penjualan mereka turun semenjak masuknya produk pacul impor.

Menanggapi hal itu Direktur Jenderal IKM dan Aneka, Gati Wibawaningsih menilai secara kualitas produk pacul Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan produk impor.

"Kalau soal kualitas, kita sudah uji kualitas, itu nggak jadi masalah. Nah yang jadi masalah harga yang impor lebih murah," ujarnya kepada detikcom.

Menurut Gati yang jadi masalah dari masuknya produk pacul impor dari sisi harga. Hal itu membuat produk-produk pacul Indonesia sulit bersaing.

Meski begitu menurutnya, untuk saat ini harga pacul impor tidak jauh berbeda dengan harga pacul dalam negeri. Asalkan produk pacul impor yang masuk benar-benar mengikuti aturan.

"Sebenarnya kalau sekarang, kalau dilihat dari harganya bisa kompetisilah sama produk impor. Asal benar mereka bayar pajak, paling nggak jauh beda. Kalau harganya nggak jauh beda orang masalah kan harus urus izin dan lainnya, belum risiko barang tidak sampai," tambahnya.

Namun Gati tidak menyebut berapa besaran perbandingan harga produk pacul impor dan lokal.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>

Presiden Joko Widodo telah menyinggung masih adanya produk impor pacul yang bahkan jumlahnya tambah besar. Kementerian Perindustrian juga telah meminta secara langsung kepada Kementerian Perdagangan untuk menyetop impor cangkul.

Kementerian Perindustrian meminta hal itu, lantaran yakin industri produsen cangkul Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pacul dalam negeri jika pintu masuk pacul impor ditutup.

"Ya kalau kapasitas produksinya ditingkatkan, ya pasti bisa bertambah, pada prinsipnya cangkul bisa dibuat di dalam negeri, yang penting ada pasar kalau ada pasar pasti bisa," kata Direktur Jenderal IKM dan Aneka, Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih kepada detikcom.

Menurut data Kementerian Perindustrian kebutuhan pacul dalam negeri sekitar 10 juta per tahun. Namun itu merupakan data 2016.

Sementara menurut data terakhir produsen industri dalam negeri hanya bisa menyuplai 3 juta per tahun terdiri dari 500 ribu IKM dan 2,5 industri besar.

Meski terlampau jauh, Gati yakin produsen pacul Indonesia bisa meningkatkan produksinya hingga sesuai kebutuhan. Lagi pula jika benar-benar impor ditutup artinya ada potensi pasar yang besar di industri cangkul.

"Lagi pula 10 juta per tahun itu data 2016 sebenarnya. Harus di data lagi. Kalau soal kualitas, kita sudah uji. Kualitas kita nggak jadi masalah, yang jadi masalah harga yang impor lebih murah," tutupnya.

Hide Ads