Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan ada beberapa faktor yang membuat Indonesia tidak akan mengalami resesi ekonomi.
"Kalau dilihat komposisi ekspor dan impor berimbang, namun konsumsi rumah tangga masih bisa dipertahankan," kata Iskandar dalam acara FMB9 di kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (15/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iskandar menjelaskan, penurunan kinerja ekspor masih tertolong oleh impor yang penurunannya lebih tajam. Sehingga di tengah penurunan pedagangan internasional, kinerja ekspor nasional masih tumbuh tipis.
Kinerja ekspor akan dibantu oleh konsumsi rumah tangga yang sampai saat ini berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Tercatat, kontribusinya sekitar 54 persen. Upaya yang akan dilakukan Pemerintah agar konsumsi tetap tumbuh adalah dengan mempertahankan inflasi di level rendah melalui stabilitas harga komoditas inti.
Selanjutnya, upaya yang dilakukan Pemerintah juga dengan menurunkan suku bunga KUR yang berdampak langsung pada masyarakat. Pemerintah memutuskan untuk menurunkan bunga KUR menjadi 6 persen di tahun 2020 dari yang saat ini 7 persen.
"Faktor kunci kita cepat preemtive policy mengantisipasi perubahan global, setidaknya BI sudah menurunkan bunga, ini responsif ketika tahu gejala global lemah BI menurunkan, termasuk Pemerintah menurunkan suku bunga KUR jadi 6%," jelas dia.
Pemerintah juga akan mendorong kinerja investasi melalui pembuatan satu UU omnibus law di tengah pelemahan ekspor. Investasi menjadi satu-satunya cara Pemerintah membawa uang masuk ke tanah air.
"Dengan ini, saya berkeyakinan kita siap dengan adanya pelemahan, tapi kita bisa dorong pertumbuhan lebih tinggi lagi, kita percaya kalau ini dieksekusi cepat pertumbuhan bisa 5,3% di 2020," ungkap dia.
(hek/dna)