"Tadi kita mengharmonisasi ya. Sebenarnya berapa sih di pipeline itu angka investasi sekarang yg ang bisa terjadi dalam 4 tahun ke depan ini? Yang sudah ada di sini ternyata hampir US$ 163 miliar. Jadi angka yang sangat besar sekali," ungkap Luhut di kantornya, Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Luhut menuturkan, para investor asing mengincar berbagai sektor seperti infrastruktur, pariwisata, hilirisasi, dan energi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun persentasenya, dari total investasi Rp 2.292 triliun itu, hampir 50% menyuntik ke sektor energi di Indonesia, dan sekitar 23-25% menyuntik ke industri hilir.
"Nah itu memang untuk energi hampir 50%, hilirisasi itu ada 23-25% per hari ini," tuturnya.
Luhut membeberkan, beberapa perusahaan asing yang menyuntikkan modalnya ke Indonesia di antaranya China Petroleum Corporation (CPC Taiwan), Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), dan Mubadala (Uni Emirat Arab).
"Jadi sudah ada beberapa yg kita sisir, menyangkut misalnya seperti CPC itu, Mubadala, ADNOC mau masuk dari Abu Dhabi," imbuh dia.
Luhut menjelaskan, dalam investasi-investasi tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan untuk sejalan dengan omnibus law yang tengah digodok pemerintah.
"Presiden sudah kasih perintah bahwa apa yang bisa diakomodasi dengan tadi gunakan omnibus law kita akan jalan jauh lebih cepat dari pada tahun-tahun yang lalu," papar Luhut.
Terakhir, Luhut memastikan bahwa semua investasi tersebut tak terkendala dengan regulasi di Indonesia. Artinya, perizinannya tak akan dipersulit.
"Nggak ada (kendala), kalau soal izin-izin semua kita selesaikan. Nggak ada izin-izin itu kan di kita semua," pungkas dia.
(dna/dna)