"Posisi Oktober defisit kita adalah pada angka Rp 289,1 triliun atau sebesar 1,80% terhadap GDP," kata Sri Mulyani dalam paparannya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Ia menjelaskan, dalamnya defisit anggaran Oktober 2019 ini dipicu oleh tekanan pertumbuhan pendapatan negara khususnya di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sktor migas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, belanja negara juga mengalami tekanan namun tak sedalam tekanan pada sisi penerimaan. Realisasi belanja negara tumbuh 4,5%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 11%
"Kita sudah merealisasikan Rp 1.798 triliun atau 73,1%. Untuk belanja KL sudah Rp 633,5 triliun atau 74% dari target. Realisasi belanja KL lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Belanja non KL adalah Rp 487,6 triliun atau 62,6% dari target," tutur dia.
(dna/zlf)