Bosnya Dilarang Hidup Mewah, Ini Daftar BUMN 'Dhuafa'

Bosnya Dilarang Hidup Mewah, Ini Daftar BUMN 'Dhuafa'

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 20 Nov 2019 13:35 WIB
Kementerian BUMN/Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengaku makan di tempat mewah dengan petinggi BUMN. Namun ternyata petinggi itu bekerja di BUMN yang rugi. Mengetahui hal ini, Erick pun naik pitam.

Sebagai informasi, Erick saat bertemu dengan 32 direktur utama dan komisaris utama kemarin. Menurut Erick, makan ditempat mewah boleh saja, tapi saat perusahaannya rugi gaya hidup petinggi BUMN itu juga harus disesuaikan.

"Bukan tidak boleh, untuk sesuatu yang memang didapatkan, tapi harus punya hati akhlak kalau perusahaan rugi ya prihatin gaya hidup mereka," kata Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga saat menceritakan pertemuan itu di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lalu, BUMN mana sajakah yang rugi bahkan 'sakit'?

Dalam catatan detikcom, setidaknya ada sembilan BUMN yang mendapat cap perusahaan sakit atau 'dhuafa' sehingga masuk dalam penanganan atau pasien PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Sebanyak sembilan perusahaan itu adalah PT Merpati Nusantara Airline (MNA), PT Survai Udara Penas, PT Industri Gelas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Sandang Nusantara, PT Kertas Leces, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT Industri Kapal Indonesia.

Direktur Konstruksi Bisnis dan Manajemen Aset Dikdik Permadi menyatakan dari sembilan perusahaan tersebut, PT Kertas Leces gagal untuk diselamatkan. Perusahaan ini sudah dinyatakan pailit dan kini sedang menunggu likuidasi aset.

"Pertama paling cepat Leces, bukan cepat lagi itu udah pailit tinggal lelang kurator untuk likuidasi asetnya. Nanti dibagikan ke kreditur," ucap Dikdik saat berbincang bersama wartawan di Bandung, Kamis (14/11/2019).

Untuk Merpati, katanya dalam proses penyehatan. Meski belum mendapat suntikan modal, maskapai pelat merah ini mulai beroperasi lewat kerja sama operasi kargo.

"Selanjutnya Merpati kita ini sudah optimalkan asetnya mereka, kami lakukan pendampingan untuk kerja sama kargo ke timur dengan 10 BUMN," ucap Dikdik.

Dikdik melanjutkan, PT Industri Gelas menunjukkan progres yang cukup baik. BUMN ini akan segera merambah industri fiberglass dengan bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN).

"Kalau terkait Iglas (Industri Gelas) kita sedang mulai kajian untuk coba melakukan support pembuatan pipa-pipa fiberglass. Saat ini kita kajian dengan PGN, mereka butuh pipa fiberglass. Nanti kita akan mulai dari situ, selama ini kan mereka setop operasi juga," ucap Dikdik.


Dikdik juga memaparkan, Industri Sandang Nusantara akan mengubah pola bisnisnya. Sebelumnya, perusahaan ini fokus ke industri hulu tekstil dengan pemintalan benang. Kini, bisnis akan berubah mengurus industri hilir garmen.

"ISN (Industri Sandang Nusantara) fokusnya nggak ke hulu lagi dia akan training untuk mengurusi industri garmen sekarang fokusnya. Mereka juga baru saja lelang aset di Bali, dari hasil itu bisa selesaikan kewajiban kepada kreditur, sisa asetnya ada sembilan pabrik pemintalan," ungkap Dikdik.

Selain itu, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk juga tercatat mengalami kerugian pada triwulan III atau 9 bulan pertama tahun 2019 mencapai US$ 211,912 juta atau setara Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.000/US$).

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk juga mencatatkan kerugian di 2018 sebesar US$ 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000).


(ara/ara)

Hide Ads