"Impor itu bukan barang haram kalau semua upaya sudah dilakukan kalau masih ada upaya kenapa (tidak)," kata Syahrul di Makassar, Sulsel, Selasa (26/11/2019).
Dia mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil pertanian di Indonesia. Faktor-faktor semisal cuaca, hama, bahkan bencana adalah faktor yang tidak bisa diprediksi langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syahrul juga menyinggung soal dampak kekeringan yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, efek kekeringan ini akan menyebabkan produksi pertanian akan minus di November dan Desember.
"Tetapi kita akan tutup itu mulai panen lebih besar Januari, sudah tidak minus, Februari, panen raya Maret. Oleh karenanya sisa cadangan yang ada Insyaallah akan memberi daya tahan kita," terangnya.
Ke depannya, dengan penggunaan citra satelit maka pihaknya sudah dapat memprediksi daerah daerah yang bakal melakukan panen.
"Tinggal mana citra satelit itu, IT itu kita kalibrasi dengan pendekatan lapangan yang ada. Jadi dua duanya harus main," tegas dia.
Selain itu, Syahrul juga mendorong mahasiswa terjun langsung dalam industri pertanian. Sumber pembiayannya bisa dengan mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) hingga Rp 50 juta per kepala.
"Sekarang kami mau tanam berapa, yang tidak boleh itu kau jual lagi. Kalau ditanam, apalagi untuk memberi trigger, memberi stimulan," kata Syahrul di Makassar, Sulsel, Selasa (26/11/2019).
"Anak anak mahasiswa kita mau jadi insinyur yang sekaligus. tidak hanya punya teori tapi juga sudah pernah merasakan pahit getirnya melakukan pertanian dan kita support," lanjut Syahrul.
Tidak hanya bibit, bantuan berupa insentif pun disiapkan oleh pihaknya, asalkan, kata Syahrul ada program yang jelas yang ditawarkan.
"Bukan hanya bibit tapi mensupport untuk mendapatkan KUR juga kita lakukan. 1 orang bisa dapat Rp 50 juta. Syaratnya kamu ada lahan tidak? Ada Program enggak untuk itu, dia cuman butuh rekomendasi dari bupati, butuh gubernur," terangnya.
(fiq/hns)