Sebelumnya, Arifin Tasrif memaparkan bahwa perlu tambahan kapasitas pembangkit sekitar 1.555 MW untuk menyuplai listrik di Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Namun dari pemaparannya itu, ia dicecar sejumlah pertanyaan. Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDIP Syafruddin Maming menanyakan asal sumber kelistrikan untuk ibu kota baru. Menurutnya, jika masih memakai batu bara hal itu tidak sesuai dengan konsep ibu kota baru yang smart city.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dari Fraksi PDIP Ismail Tomas mengatakan, tambahan pembangkit listrik sekitar 1.555 MW bukanlah hal yang kecil. Untuk itu, ia ingin mengetahui dari mana sumber pembangkit listrik dan bahan baku yang digunakan untuk memenuhi listrik di ibu kota baru.
"Sudah berapa hari ini kita berbicara dengan PLN untuk penambahan energi listrik buat IKN. Tambahan 1.555 MW bukanlah jumlah yang kecil, tetapi mulai dari PLN kemarin itu tidak pernah menyampaikan sumber pembangkit listriknya. Ini dari mana sumbernya, bahan bakunya apa untuk memenuhi listrik IKN ini?" ujar Tomas.
Tomas berharap, bahwa pemenuhan kebutuhan energi tidak hanya terfokus pada ibu kota baru saja. Untuk itu, ia berharap jaringan sumber Bengkanai di Barito Utara terinterkoneksi dengan Kalimantan Selatan.
Baca juga: Ibu Kota Baru Butuh Pasokan Listrik 1.555 MW |
"Jangan sampai ibu kotanya terang benderang tapi masyarakat di sekitarnya gelap gulita. Oleh karena itu salah satu sumber yg pernah dijanjikan PLN 2014 itu adalah jaringan Bengkanai di Barito Utara kemudian interkoneksi dengan Pariangan dengan ke Kalsel, nah ini sejauh mana interkoneksinya, karena jaringan ini pasti bisa dilewatkan ke IKN ini," pungkasnya.
(zlf/zlf)