Susi pernah menyampaikan alasannya melarang ekspor benih lobster. Melalui akun Twitternya @susipudjiastuti, Susi memberikan gambaran hitung-hitungan sederhana soal kerugian bila harus mengekspor bibit lobster terutama ke Vietnam.
Sedangkan Vietnam bisa untung besar dan jadi eksportir lobster terbesar dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyampaikan hitungan sederhana yang berjudul 'Hitungan Bakul Ikan Ala Susi'. Susi merilis hitung-hitungan yaitu harga bibit per ekor US$ 1 sedangkan bila lobster sudah berukuran besar bisa mencapai US$ 30/ekor.
Susi juga tidak ingin keberadaan lobster di Indonesia hanya tinggal cerita seperti ikan sidat yang sudah punah. Menurutnya, ikan sidat kini sudah punah karena ada aturan yang memperbolehkan glass eel atau benih diekspor untuk dibudidayakan.
"Itulah kenapa kita atur plasma nutfah ini (lobster), kita tidak mau mengulang kesalahan pada ikan sidat, di mana sekarang sidat sudah punah. Karena dulu glass eel-nya diizinkan untuk diekspor juga diizinkan untuk dibudidayakan sehingga terputuslah mata rantai ikan sidat itu," kata Susi di aula gedung B KPU Bea Cukai Tipe C Soekarno Hatta, Jumat (23/2/2018).
Dia menjelaskan, dulu di Pangandaran, Cilacap menjadi wilayah yang mudah menemukan lobster. Namun belakangan untuk mendapatkannya di laut bebas sudah cukup sulit.
"Karena yang begininya (benih lobster) nggak diambil, di daerah saya dulu di Pangandaran, Cilacap, itu setiap daerah tidak kurang dari 1 ton dalam sehari. Sekarang lihat lobster 50 kg itu sudah banyak. Padahal dulu bisa satu ton, dua ton," jelas dia.
(toy/hns)