Ketua umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengungkapkan memang pertumbuhan ekonomi tahun depan diproyeksikan lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini karena pengaruh faktor dalam negeri dan luar negeri. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sulit dicapai pemerintahan Presiden Joko Widodo di periode pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan sepanjang 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,95%-5,1%. Hal ini karena kinerja ekspor Indonesia yang masih relatif lemah karena ketergantungan ekspor komoditas mentah, khususnya kelapa sawit dan batu bara.
Perkembangan sektor industri manufaktur juga masih bergantung pada impor bahan baku dan barang modal, menjadi penyebab defisitnya neraca perdagangan pada Semester I 2019. Kondisi defisitnya neraca perdagangan ini dan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 sebesar 5,02% yang cukup rendah dan di bawah perkiraan, menjadi indikator terhadap tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2019 sesuai target dan asumsi APBN-P 2019 sebesar 5,02%.
Baca juga: BI Ramal Ekonomi RI 2019 Mentok di 5,1% |
Hariyadi menyebut, meskipun realisasi pertumbuhan kuartal IV 2019 baru akan diumumkan pada Februari 2020 mendatang, hasilnya diproyeksi tidak akan jauh berbeda dengan realisasi pencapaian pertumbuhan kuartal III 2019.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2020 diproyeksi 4,85%-5,1% memang lebih rendah. Dan ada efek masyarakat tidak sejahtera jika pertumbuhan berada di bawah 5%.
"Indonesia pasti kesejahteraan masyarakatnya tidak akan baik. Makanya dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat," jelas dia.
(kil/dna)