Padahal, penerbangan itu membutuhkan waktu belasan jam dan membutuhkan energi yang besar.
Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (Ikagi), Zaenal Muttaqin menilai, kebijakan PP penerbangan jarak jauh merupakan kebijakan yang tidak manusiawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan, penumpang yang hanya duduk diam saja akan kehabisan energi karena tekanan dan keterbatasan oksigen. Apalagi, awak kabin yang harus melayani penumpang.
"Coba aja, naik pesawat, nggak usah kerja lah, duduk aja. Jakarta-Sydney-Jakarta itu 'keliyengan'. Badan kita kaya jetlag nggak karuan, karena di pesawat keterbatasan oksigen, tekanan tinggi, tekanan udara kecil," ujarnya.
Tambahnya, di pesawat awak kabin bertugas melayani penumpang. Tak hanya itu, awak kabin juga mesti siaga untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Menurutnya, dengan PP belasan jam membuat para awak kabin tidak bisa melakukan tugas sebagaimana semestinya.
"Itu ditambah beban kerja kita yang harus servis pelayanan penumpang, jagain penumpang, antisipasi terjadi hal yang tidak diinginkan, keadaan darurat seperti apa, kecelakaan penumpang dalam pesawat harus respons," katanya.
"Itu kan tugas kita di situ, bayangin dalam posisi lemah nggak ada kekuatan fisik itu gimana menyelamatkan diri aja nggak bisa, apalagi penumpang. Makanya saya protes keras terhadap penerbangan jarak jauh PP bener-bener orang nggak ngerti manusia," sambungnya.
Zaenal menambahkan, kebijakan PP ini baru diterapkan tahun ini dibawah kepemimpinan Ari Askhara. Imbas kebijakan itu, 8 orang awak kabin sampai opname
"Iya sekitar 8 orang opname, bukan hanya opname ada juga yang kena virus. Saya nggak tahu kalau kelelahan, tapi yang jelas kena virus di mata, dan mereka merasakan kelelahan," tutupnya.
(zlf/zlf)