Menanggapi itu, Pengamat Ekonomi Faisal Basri menyatakan keberatannya. Menurut Faisal, dibukanya ekspor benih lobster dapat merusak lingkungan.
"Lobster ini kan di alam. Nanti kalau jadi diekspor rusak tuh lingkungan, telur-telur lobster itu rusak lah itu," kata Faisal di Kementerian Keuangan, Selasa (10/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faisal mengatakan, jutaan benih lobster yang dimiliki Indonesia harusnya dipelihara dan dibesarkan. Setelah itu, baru dijual agar memiliki nilai yang tinggi.
"Ini kan seperti bayi, anak kambing atau segala macam. Nah harga lobster kan mahal jadi kalau benihnya yang jutaan itu kita pelihara udah jadi dewasa baru kita ekspor kan nilainya tinggi," pungkasnya.
Terlebih lagi, Faisal bilang, sektor perikanan merupakan salah satu dari sedikit sektor yang surplus. Seharusnya sektor yang surplus itu bisa ditingkatkan dari sisi ekspor hasil budi daya, bukan benihnya.
"Sektor perikanan itu salah satu dari sedikit yang surplus. Nah ini sumber yang bisa kita tingkatkan penerimaan ekspornya ya kita jual. Bibitnya ya namanya bibit dijual gimana sih gila nggak," tegasnya.
Faisal menceritakan bahwa untung dari ekspor benih lobster memang besar. Sehingga ia menyatakan ada mafia dibalik kebijakan ini.
"Untungnya (ekspor benih lobster) besar sekali, lebih besar dari bisnis kapal ilegal. Kapal ilegal mau ditenggelamin juga ruginya sedikit. Tapi kalau lobster itu besar. Tentu aja ada mafianya itu," sebutnya.
(zlf/zlf)