Erick mengatakan, transaksi pembelian minyak mentah dari AS yang dilakukan PT Pertamina (Persero) menghemat sekitar US$ 5-6 per barrel.
"Kita sudah mulai membeli langsung dari produsen. Jadi kemarin tender di Pertamina, kita lihat juga crude oil dari AS. Alhamdulillah harganya lebih murah US$ 5-6," kata Erick di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat (13/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi itu ada penghematan hampir Rp 280 miliar. Itu baru 1,2 juta barrel, bagaimana kalau sekarang kebutuhan crude oil yang 30 juta barrel. Kita bisa balance dengan pembelian yang lebih murah dan tanpa trader. Langsung ke produsen ini kan juga menguntungkan," jelas Erick.
Menurut Erick, jika RI membeli minyak dalam jumlah yang lebih besar ke AS, penghematannya akan mencapai Rp 1 triliun. Namun, tentu saja hal itu tak bisa dilakukan mengingat Indonesia juga harus menggenjot produksi minyak mentahnya sendiri.
"Bisa saja kalau kita pembelian minyak dari Amerika kita besarkan. Bukan semua ya, nanti jadi KKN baru. Itu bisa menghemat Rp 1 triliun," tutup Erick.
(fdl/fdl)