Soal Penolakan Sawit, RI Hadapi Uni Eropa di Sidang WTO Pekan Depan

Soal Penolakan Sawit, RI Hadapi Uni Eropa di Sidang WTO Pekan Depan

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 16 Des 2019 16:17 WIB
Foto: detik
Jakarta - Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa Indonesia sudah siap untuk menghadapi sidang di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) pekan depan menghadapi Uni Eropa (UE). Hal ini terkait soal penolakan komoditas sawit RI.

Adapun proses gugatan RI terhadap kebijakan UE di WTO sendiri baru saja disampaikan per 15 Desember 2019 kemarin.

Gugatan dilayangkan RI sebab kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) dan Delegated Regulation yang dibuat oleh Benua Biru itu dianggap mendiskriminasikan produk kelapa sawit Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Minggu depan itu sudah siap sidang WTO, persiapannya pun sudah dimatangkan," ujar Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI Kasdi Subagyono ditemui di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/12/2019).


Ia optimistis dengan data yang ada dan sudah dipersiapkan dengan matang, Indonesia akan memenangkan sidang tersebut.

"Bahkan ada satu laporan bahwa Duta Besar Uni Eropa itu sudah agak melemah terkait dengan sawit kita yang tidak bisa masuk ke sana, mudah-mudahan menang di WTO nanti," imbuhnya.

Kemenangan Indonesia di sidang WTO diprediksi kuat terjadi sebab kebijakan yang dibuat oleh UE yang melarang peredaran minyak kelapa sawit (Crude Palm Oils/CPO) di kawasan tersebut dianggap kurang berdasar.

"Mereka menerbitkan kebijakan itu tidak didasarkan oleh data kita, padahal CPO itu paling efisien jika dibandingkan minyak yang diproduksi di sana," tuturnya.


Sebagaimana diketahui, kebijakan yang melarang peredaran CPO di kawasan tersebut dibuat sebab komoditas itu dianggap tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi.

Akibatnya, ekspor produk kelapa sawit Indonesia di pasar UE pun mengalami penurunan.

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor minyak kelapa sawit dan biofuel/Fatty Acid Methyl Ester (FAME) Indonesia ke Uni Eropa menunjukkan tren negatif pada lima tahun terakhir.

Nilai ekspor FAME mencapai US$ 882 juta pada periode Januari-September 2019, atau menurun 5,58% dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 sebesar US$ 934 juta.

Sementara, nilai ekspor minyak kelapa sawit dan FAME ke dunia juga tercatat melemah 6,96% dari US$ 3,27 miliar pada periode Januari-September 2018 menjadi US$ 3,04 miliar year-on-year.


(zlf/zlf)

Hide Ads