PT Asuransi Jiwasraya sedang mengalami masalah keuangan, risk based capital (RBC) minus hingga 805%. Padahal sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kecukupan modal perusahaan harus mencapai 120%.
Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko menjelaskan sebab gagalnya perseroan membayar polis nasabah yang jatuh tempo.
Hexana mengungkapkan, pengurus lama melakukan kesalahan strategi dalam berinvestasi. Inilah yang menyebabkan perusahaan menanggung beban keuangan yang sangat besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, seharusnya pengurus sebelumnya memilih instrumen investasi goverment bond dengan porsi yang paling besar. Dengan komposisi 30% an 20% di reksa dana.
Namun, saat itu manajemen malah berinvestasi di reksa dana saham hingga 50%. Padahal goverment bond merupakan salah satu instrumen investasi yang aman.
"Penempatan premi di luar tak ada prinsip kehati-hatian. Investasi digeser ke reksa dana saham. Karena, kalau pakai goverment bond, itu nggak akan pernah ngejar janji return ke nasabah. Makanya, ke saham dan pencadangan saham. Pola penetrasinya tidak akan mencapai segitu," kata dia di ruang komisi VI, Jakarta, Senin (16/12/2019).
Dia mengungkapkan, karena hal tersebut, sebagian besar dana terjebak dalam saham-saham yang nilainya di bawah Rp50 per lembar saham. Bahkan, ia pun tak menampik bahwa banyak dari saham-saham tersebut bahkan telah mendapat suspensi dari BEI.
"Saham-saham yang nilainya Rp50 rupiah (per lembar saham) banyak sekali. Bahkan suspend itu banyak sekali," jelasnya.
Baca juga: DPR Minta Direksi Lama Jiwasraya Dicekal! |
Menurut Hexana hal itu menjadi suatu hal yang disayangkan, apalagi portofolio investasi tersebut diklaimnya sebagai komposisi yang tak sejalan dengan rencana jangka panjang Jiwasraya.
Karena itu, ke depan Hexana akan melakukan restrukturisasi aset sebagai solusi penyelesaian masalah.
Selain itu, perseroan juga mengundang investor lokal dan internasional. "Dalam prosesnya ada participant angkanya masih berubah, ini adalah bagian dari due diligence," imbuh dia.
Menurut Hexana untuk menyelamatkan perusahaan dibutuhkan dana yang besar. Sehingga tak bisa hanya satu inisiatif. "Penyelesaiannya masing-masing inisiatif akan menghasilkan porsi tertentu. Saya hanya bisa sampaikan soal strategic partner hal itu bisa saya sampaikan akhir kuartal I 2019," imbuh dia.
Hasil dana dari strategic partner akan digunakan untuk utang klaim. Kemudian sisanya untuk backup aset untuk going concern. Menurut dia ada kewajiban yang harus dipenuhi agar bisnis bisa kembali berjalan.
(kil/dna)