Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan pada 18 Desember 2019, Rupiah menguat 0,93% (ptp) dibandingkan dengan level November 2019 sehingga sejak awal tahun menguat 2,9% (ytd).
"Penguatan Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan 5% |
Dia mengungkapkan, ke depan, BI memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga.
Prakiraan ini didukung prospek Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik akibat berlanjutnya aliran masuk modal asing seiring dengan prospek ekonomi domestik yang membaik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas," ujarnya.
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai tukar tercatat Rp 13.983 menguat dibandingkan periode hari sebelumnya Rp 14.007.
(kil/das)