Jika sudah begitu, konsumen lah yang terpaksa merugi. Impian memiliki hunian yang direncanakan sejak lama pun terpaksa pupus.
Permasalahannya bisa saja ini bukan kasus terakhir dan akan memakan korban baru. Siapa saja yang bisa jadi korban selanjutnya dari pengembang bodong?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan pengembang bodong akan mengincar konsumen yang percaya dan tergiur dengan harga rumah murah, tanpa bunga, hingga tanpa BI checking.
"Itu pasar yang gemuk, yang dilihat oleh si pengembang bodong untuk masuk ke situ," kata Ali saat dihubungi detikcom, Jumat (20/12/2019).
Ali menjelaskan, biasanya orang tersebut berasal dari kalangan menengah ke bawah. Mereka memiliki uang pas-pasan namun ingin membeli rumah tanpa ribet.
"Ketika dibilang ada rumah nggak usah ke bank cicil aja ke dia (pengembang), siapa yang nggak mau? Pasar-pasar informal yang menengah ke bawah itu banyak yang belum punya rumah dan mau beli rumah," pungkasnya.
Kebanyakan masyarakat tidak ingin mencicil kredit rumah lewat bank lantaran dikenakan bunga. Namun begitu, Ali bilang, itu sudah jadi risiko seseorang jika ingin beli rumah.
"Konsumen itu mesti paham memang kalau bisnis perumahan itu nggak bisa segampang itu nyicil. Kan dia butuh legalitas. Kadang-kadang konsumen beli rumah kan belum melek hukum ya, masih awam gitu beli rumah tuh kayak apa sih. Nah ini kita mesti edukasi," jelas Ali.
"Kalau ke bank lebih memberikan keamanan untuk konsumen, daripada nyicil seakan-akan gampang diawalnya tapi ternyata bodong. Kan kalau ada bank yang mem-backup si pengembang artinya secara modal sudah aman," tambahnya.
(das/das)