Disinggung Sri Mulyani, Apa Dampak Radikalisme ke Ekonomi RI?

Disinggung Sri Mulyani, Apa Dampak Radikalisme ke Ekonomi RI?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 22 Des 2019 15:01 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Isu radikalisme di kalangan pegawai negeri sipil (PNS) menjadi topik yang hangat dibicarakan belakangan ini. Terutama, saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung radikalisme mulai menjangkiti Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Sebagai sebuah gerakan, radikalisme mesti dicegah karena punya dampak yang besar, termasuk ke ekonomi.

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menjelaskan, radikalisme di birokrasi berkaitan dengan layanan publik. Menurutnya, masuknya paham radikalisme akan berpengaruh pada kepercayaan masyarakat terhadap layanan pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Dampaknya tentu menyangkut kepercayaan publik, karena publik menjadi untrust menjadi tidak percaya kepada yang namanya negara, oleh karena menjadi seolah perlawanan menjadi negara. Padahal dia sendiri ASN (PNS) yang harus melayani masyarakat," katanya kepada detikcom, Minggu (23/12/2019).

Menurutnya, jika PNS terpapar radikalisme maka punya kecenderungan mengutamakan golongannya atau orang-orang yang sepemikiran. Hal itu akan memperlambat layanan birokrasi dan perizinan. Dengan begitu akan berpengaruh pada investasi dan perekonomian.

"Kemudian ada dampak ekonomi tentu, berupa apa, karena kecepatan layanan publik penghambatan tentu kemudian dampak ekonomi ada perlambatan di sisi ekonomi, soal perizinan, sampai persoalan investasi," ujarnya.


Padahal, kata dia, investasi merupakan bagian penting dalam perkembangan sebuah negara.

"Investasi ini mau nggak mau kan memang bagian dari tumbuhnya sebuah negara ke depan, bahwa investasi sangat dibutuhkan dalam rangka pembangunan negara, sehingga ekonominya sangat kental di situ" tutupnya.


(das/das)

Hide Ads