Jakarta - Tahun 2019 telah menjadi tahun yang bisa dibilang kelam bagi industri ritel. Bagaimana tidak, sepanjang tahun ini satu per satu toko ritel mulai berguguran.
Di Indonesia sendiri toko ritel besar sekelas Giant dan Hero mulai menutup banyak tokonya tahun ini. Dari catatan detikcom, Giant sudah menutup 7 tokonya dan Hero telah menutup 26 cabang tokonya.
Kejadian penutupan masal toko ritel ini pertama kali menimpa Hero di awal tahun ini, tepatnya di bulan Januari. Hero terpaksa menutup toko hingga melakukan PHK pada 532 karyawannya. Penutupan dilakukan untuk mendukung keberlanjutan bisnis dengan memaksimalkan produktivitas kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"92% karyawan telah menerima dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja, serta telah mendapatkan hak sesuai dengan Undang-undang Kementerian Tenaga Kerja RI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan," kata Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk dalam keterangannya resminya pada Minggu, (13/1/2019).
Tony menyatakan ada kerugian pada bisnis makanan yang turut mempengaruhi kinerja toko ritel ini. Tony mengatakan, memang secara konsolidasi pada kuartal III 2018 ada perolehan laba bersih perseroan.
"Namun pada kuartal III 2018 juga disebutkan penjualan bisnis makanan turun 6% dan mengakibatkan kerugian operasi Rp 163 miliar," kata Tony.
Dia menyampaikan kerugian ini lebih buruk dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 79 miliar. Tony menjelaskan 532 karyawan yang di-PHK adalah karyawan food business.
Sedangkan Giant, awalnya memutuskan menutup 6 tokonya pada 28 Juli 2019 lalu. Direktur PT Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan, penutupan 6 toko Giant tersebut disebabkan oleh persaingan ritel makanan di Indonesia yang semakin ketat.
"Ritel makanan di Indonesia mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen. Giant adalah brand yang kuat namun kami harus terus beradaptasi untuk bersaing secara efektif dengan menerapkan program multi-year transformation untuk memberikan peningkatan jangka panjang," jelas Hadrianus dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa (25/6/2019).
Hingga Mei 2019, Giant sendiri telah memiliki 125 toko yang tersebar di Indonesia. Artinya, dengan ditutupnya 6 gerai tersebut maka Giant hanya memiliki 119 toko di seluruh Indonesia.
Selang beberapa bulan, satu lagi gerai Giant ditutup. Kali ini giliran Giant Ekstra yang ada di Poins Square yang terpaksa harus gulung tikar pada September 2019. Dengan penutupan toko ini, totalnya selama 2019 Giant sudah menutup 7 toko.
Dari pantauan detikcom, setiap ada toko Giant yang mau tutup, toko bakal memberikan diskon gila-gilaan. Niatnya agar barang di toko cepat habis alias cuci gudang.
Di AS
Bukan cuma di Indonesia, di Amerika Serikat pun toko-toko ritel mulai menutup gerainya, apa saja?
Paling hangat adalah perusahaan ritel fashion asal Forever 21, perusahaan menyatakan telah mengajukan pailit, alias status kebangkrutan. Dikutip dari CNN, Senin (30/9/2019), manajemen Forever 21 telah mengajukan pailit dan akan mengajukan izin untuk menutup 178 dari 800 toko ritel mereka.
"Kami berharap sejumlah besar toko ini akan tetap terbuka dan beroperasi seperti biasa, dan kami tidak mengharapkan untuk keluar dari pasar utama di AS," bunyi pernyataan perusahaan.
Keputusan untuk menutup beberapa toko ritel dan pindah ke lokasi yang lebih murah merupakan hal utama yang dilakukan perusahaan. Executive Vice President Forever 21 Linda Chang bilang, menyatakan kebangkrutan merupakan langkah penting untuk mengamankan masa depan perusahaan.
"Dengan demikian kami bisa melakukan reorganisasi dan reposisi Forever 21," ujar dia.
Kabarnya, sepanjang 2019 diprediksi akan ada 12.000 gerai ritel yang tutup di Negeri Paman Sam. Dikutip detikcom dari CNBC, Minggu (14/7/2019), menurut pelacakan yang dilakukan oleh Coresight Research, 12.000 gerai ritel diperkirakan akan gulung tikar hingga akhir 2019, membuat rekor baru dari tahun-tahun sebelumnya.
Sejauh ini, 7.062 penutupan toko telah diumumkan oleh peritel AS. Tahun 2018 saja, Coresight melacak 5.524 toko yang tutup, dan ada 8.139 ritel yang tutup pada 2017.
Daftar ritel AS yang tutup
Berikut ini daftar ritel AS yang menutup gerai sepanjang tahun:
1. Ritel dengan merek dagang Fred menutup 263 toko pada 2019.
2. Charming Charlie menutup semua tokonya sebanyak 261 toko pada akhir Agustus.
3. Bed Bath & Beyond berencana menutup setidaknya 40 lokasi tahun ini dan kemungkinan lebih banyak.
4. Peritel pakaian wanita, Dressbarn menutup seluruh tokonya untuk fokus ke merek yang lebih menguntungkan.
5. Topshop menutup semua 11 tokonya di AS.
6. Party City menutup sekitar 45 toko di AS tahun ini. Pihaknya telah menutup 10 hingga 15 toko, rata-rata setiap tahun.
7. Pier 1 Imports menutup 57 toko pada 2019, dan kemungkinan lebih banyak lagi, setelah menutup 30 toko pada 2018.
8. CVS menutup 46 toko tahun ini.
9. Gap Inc. menutup 230 toko selama dua tahun ke depan.
10. Victoria's Secret menutup 53 toko tahun ini.
11. Bath & Body Works L Brands menutup 24 toko tahun ini, sekaligus membuka 46 toko.
12. Pengecer pakaian Abercrombie & Fitch Co. menutup hingga 40 toko selama 2019, setelah menutup 29 lokasi tahun lalu.
13. Pengecer pakaian remaja Charlotte Russe melikuidasi dan menutup semua tokonya, setelah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Februari.
14. Payless ShoeSource mengajukan kebangkrutan pada Februari dan telah memulai proses penutupan semua 2.500 toko di seluruh Amerika Utara.
15. Perusahaan pakaian anak-anak, Gymboree menutup semua 800 toko.
16. Dollar Tree menutup 390 toko Family Dollar tahun ini sambil merenovasi 1.000 lokasi lainnya.
17. Pengecer pakaian wanita Chico menutup antara 60 hingga 80 toko pada 2019. Pihaknya bermaksud menutup setidaknya 250 toko di AS selama tiga tahun ke depan.
18. Jaringan department store JC Penneysaid menutup 18 department store miliknya.