RI Impor Ikan dari China, Edhy Prabowo: Kita Juga Akan Ekspor ke Sana

RI Impor Ikan dari China, Edhy Prabowo: Kita Juga Akan Ekspor ke Sana

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 13 Jan 2020 10:12 WIB
Foto: Agus Dwi Nugroho / 20detik/Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat diwawancarai detik.com di kediamannya, Jumat (10/1/2010)
Jakarta - China beberapa kali memasuki wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) perairan Natuna Utara, Kepulauan Riau (Kepri). Bahkan, kapal-kapal nelayan China yang menangkap ikan di wilayah tersebut dikawal oleh armada Coast Guard negeri bambu tersebut.

Atas aksi itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, masuknya kapal ikan China ke perairan Natuna telah melakukan pelanggaran batas wilayah dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Wilayah itu ZEE Indonesia telah ditetapkan oleh hukum internasional yaitu United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982).

Namun, ironisnya ternyata Indonesia pun masih mengimpor ikan dan hasil laut lainnya dari China. Lantas, bagaimana sikap Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo atas hal tersebut?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edhy mengakui memang hingga saat ini Indonesia masih mengimpor ikan dari China, seperti ikan salmon dan makarel. Selain itu, beberapa hasil laut untuk bahan baku industri yang produksinya kurang memadai di Indonesia juga masih perlu mengimpor dari China.


"Kita mengimpor ikan ada. Tak hanya dari China. Salmon itu kan kita nggak punya salmon. Dari mana saja itu. Makarel kan kita nggak punya. Beberapa ikan yang dipakai untuk bahan industri, tapi produksi kita hanya sedikit, terpaksa kita harus memenuhi kebutuhan industri," kata Edhy ketika diwawancarai detikcom di kediamannya, Komplek Widya Chandra, Jakarta, Jumat (10/1/2020).

Namun, ia menegaskan, ketika China mengekspor ikan ke Indonesia, maka Indonesia juga sebaliknya akan mengekspor ikan dan hasil laut ke China.

"Yang jelas kalau pun kita mengimpor dari China, China juga siap kok menerima ekspor dari kita. Itu komitmen. Dan komitmen itu kan juga harus ditunjukkan seperti apa," tegas Edhy.


Meski dilanda kabar hubungan yang menegang, Edhy tengah berencana membuka kesempatan bagi China berinvestasi di sektor perikanan dan kelautan Indonesia.

"Mereka sudah berapa kali mengirim pengusaha-pengusahanya ketemu, dan mereka sangat siap. Mereka tak akan terjun di penangkapan, mereka minta peluang. Semua industri hasil tangkap siap mereka terima, dan mereka siap membangun industri turunannya di Indonesia," imbuh dia.

Ia pun telah menemui Duta Besar (Dubes) China untuk membahas potensi kerja sama ke depannya.

"Kemarin juga saya dengar Dubes China sudah bicara di media, mereka mengakui hubungan dengan kita baik. Tapi sebagai sahabat ada salah persepsi biasa kan. Ya mereka yakin bisa laksanakan. Kita juga sebaliknya yakin," ujar Edhy.

Edhy mengungkapkan, nantinya China akan masuk di industri kapal, industri turunan dari perikanan dan kelautan, dan sebagainya.

"Di industri. Termasuk industri kapal, karena industri kapal kita kan nggak terlalu banyak, masih belum banyak mungkin ya. Tapi industri pengolahan, industri turunan lainnya akan kita buka," ucap dia.

Sebelumnya, Pengamat Perikanan Suhana menjelaskan, produk perikanan yang masih diimpor dari China ke Indonesia adalah cumi. Berdasarkan data yang dia paparkan, jumlahnya adalah 2 ribu ton per September 2019.

"Impor cumi itu 2019 ini ada 2.000 ton sampai September," urai dia saat dihubungi detikcom, Minggu (12/1/2020).

Selain cumi, Indonesia juga impor produk perikanan lainnya. Paling banyak adalah makarel dan tepung ikan. Namun menurutnya cumi yang paling banyak diambil di perairan Laut China Selatan yang mencakup perairan Natuna.


(zlf/zlf)

Hide Ads