Ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia kemungkinan berlanjut tahun ini. Keduanya akan memasuki pembicaraan lebih lanjut yang diperkirakan lebih sulit dibandingkan fase pertama.
Ditambah lagi Uni Eropa tak bisa berkutik karena perselisihan dagang dengan negeri Paman Sam. Kemudian Inggris yang jika lepas dari Uni Eropa harus menjalin hubungan dagang baru dengan mitra ekspor terbesarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan fase satu dengan China menjadi sebuah terobosan. Pemerintah AS mengatakan perjanjian itu akan mengurangi beberapa tarif dan memungkinkan China lepas dari pajak tambahan dari hampir US$ 160 miliar terhadap barang-barangnya. Pemerintahan Trump juga sudah menerima komitmen China untuk membeli produk pertanian bernilai miliaran dolar AS.
"Apakah kita berada di tempat yang pas? Tidak," kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dikutip dari CNN, Kamis (16/1/2020). Namun ia mengatakan bahwa ini adalah langkah yang baik.
Para ekonom dan analis pasar tetap mewaspadai apakah kedua negara bisa membuat kemajuan yang lebih serius, misalnya permintaan AS agar China bisa mengurangi perannya dalam perekonomian negara tersebut.
"Ini tidak menandai berakhirnya ketegangan antara AS dan China," tulis analis Capital Economics.
Sebanyak dua pertiga impor AS dari China sekitar US$ 370 miliar masih akan dikenakan tarif setelah perjanjian ini diteken. Lebih dari setengah ekspor AS ke China juga begitu.
"Penurunan tarif adalah hal yang baru," tulis Chad Brown, mantan ekonom Bank Dunia.
(ara/zlf)