Uang Nasabah Jiwasraya Nyangkut Rp 5 M Kepincut Imbal Hasil Tinggi

Uang Nasabah Jiwasraya Nyangkut Rp 5 M Kepincut Imbal Hasil Tinggi

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 18 Jan 2020 15:01 WIB
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Jakarta - Banyak nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang tidak tahu bahwa dana yang ditanam ke produk JS Saving Plan akan berujung pada kasus gagal bayar seperti sekarang. Hampir semua nasabah tersebut tidak mengetahui secara pasti bentuk dari produk yang dijual oleh perusahaan asuransi jiwa pelat merah tersebut.

Seperti yang dialami oleh Rudyantho Deppasau, pemegang polis Jiwasraya ini sedari awal tidak mengetahui detail produk yang ditawarkan oleh Jiwasraya. Dia mengaku hanya mendapatkan tawaran dari marketing Bank QNB yang mana uang miliknya sedang terparkir di deposito.

Kala itu, marketing bank terus menawarkan produk JS Saving Plan dengan iming-iming imbal balik tinggi. Ditambah lagi Jiwasraya merupakan badan usaha milik negara (BUMN).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya kita ditawarkan oleh bank, pada saat itu marketing itu bilang jauh lebih aman karena ini pemerintah," kata Rudy saat acara Polemik MNC Trijaya di Hotel Ibis, Jakarta, Sabtu (18/1/2020).


JS Saving Plan merupakan produk dengan cost of fund (COF) sangat tinggi di atas bunga deposito dan obligasi mencapai 9-13% yang ditawarkan secara masif sejak 2015. Nasabah juga bisa mengambil dananya hanya dalam jangka waktu satu tahun.

Akhirnya ia sepakat untuk memindahkan dana Rp 7 miliar di deposito ke JS Saving Plan milik Jiwasraya pada 2017. Dia pun tidak menaruh rasa curiga sedikit pun lantaran pihak marketing bank selalu menyebut produk ini milik pemerintah.

Nasabah Jiwasraya Rudyantho DeppasauNasabah Jiwasraya Rudyantho Deppasau Foto: Hendra Kusuma

Dia pun mengaku tergiur lantaran produk investasi ini juga mendapat manfaat asuransi dan milik pemerintah.

"Kita nggak pernah curiga," tambahnya.


Namun Rudy pun merasa janggal ketika ingin mencairkan dananya pada awal 2019. Dalam prosesnya dia mengaku setiap pegawai yang bertanggung jawab terhadap pencairan pun selalu menghindar untuk memberikan keterangan.

Untungnya sebagian dananya dari Rp 7 miliar bisa dicairkan. Sedangkan sisanya Rp 5 miliar masih nyangkut dan belum mendapat kejelasan.

"Pada saat mau cair jatuh tempo tidak ada kabar, bahkan marketing pada menghindar," ungkapnya.


(hek/ara)

Hide Ads