Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, hal itu dilakukan untuk mendukung konektivitas masyarakat nantinya dari Bandara Bali Utara ke arah Selatan. Trolley bus dipilih karena biayanya relatif lebih murah dibanding angkutan massal lainnya.
"LRT mahal, kereta api sulit karena menanjak, jalan tol dan bypass merusak tata ruang di sekitarnya. Nah kalau kita buat semacam trolley bus dengan dedicated jalur, satu dia cuma 10-12 meter, biayanya relatif lebih murah," kata Budi di kantornya, Selasa (28/1/2020).
Selain itu, trolley bus dinilai lebih cocok karena wilayah Bali memiliki banyak perbukitan dan menanjak. Dengan trolley bus, angkutan tersebut dinilai lebih fleksibel.
"Di sana (Bali) ada satu jarak yang panjang. Ada ketinggian, ada kesulitan pembebasan tanah, sehingga dibutuhkan suatu inovasi. Dengan trolley bus itu bisa menanjak. Jadi crossing (persimpangan) dari selatan naik ke atas, turun lagi itu bisa dilakukan. Dia bisa menggunakan jalan biasa. Kalau jalan di belokkan ke jalan biasa bisa," terangnya.
Budi menargetkan tahun 2021 mendatang penetapan tender trolley bus sudah dimulai. Proyek ini akan dilakukan dengan skema (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) dengan investasi proyek sekitar Rp 5 triliun.
"Saya harapkan tahun depan sudah tender, sudah mulai. Nah kita mungkin 3-4 bulan menyelesaikan ini (kajian trolleybus). Nanti kan ini KPBU, jadi dari sekarang PT KAI cari partner dengan pihak swasta yang lain," tuturnya.
(dna/dna)