Laris Manis, Surat Utang 'Antiasing' Laku Rp 175 M Dalam 3 Hari

Laris Manis, Surat Utang 'Antiasing' Laku Rp 175 M Dalam 3 Hari

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 29 Jan 2020 13:53 WIB
Pengantre menunggu di loket penukaran uang receh di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Selasa (7/6/2016). Penukaran uang tersebut dilayani oleh Bank Indonesia (BI) dengan aturan satu orang antrian satu penukaran. Batas maksimal penukaran sebanyak Rp 3,7 juta dengan pecahan Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000 serta koin logam. Layanan ini akan berakhir 30 Juni mendatang dijaga oleh 2 personel polisi bersenjata laras panjang.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Pemerintah kembali meluncurkan Surat Utang Negara (SUN) ritel berbasis online (e-SBN) dengan nama SBR009. Produk investasi yang tak bisa dibeli oleh warga negara asing (WNA) tersebut sudah ditawarkan sejak Senin, (27/1) pukul 09.00 WIB melalui 22 mitra distribusi (midis) resmi.

Baru 3 hari dijajakan, SBR009 sudah terbeli dengan nilai investasi sebesar Rp 175 miliar.

"Per tadi pagi sudah Rp 175 miliar," ungkap Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Loto Srinaita Ginting di Urban Garage, Jakarta, Rabu (29/1/2020).

Untuk SBR009 ini, pemerintah menargetkan nilai investasinya mencapai Rp 2 triliun. Adapun penawarannya akan ditutup pada 13 Februari pukul 10.00 WIB. Artinya, hanya tersisa 15 hari lagi untuk membeli SBR009.


Meski begitu, Loto menuturkan, target pemerintah bukanlah hanya meraup investasi Rp 2 T, namun meningkatnya jumlah investor dari instrumen investasi ini.

"Masih lama penutupannya, 13 Februari. Kita itu mengejar jumlah investornya. Makanya daftar," tegas Loto.

Nah, masyarakat bisa membeli SBR009 mulai dari Rp 1 juta, hingga Rp 3 miliar. Sedangkan, besaran kupon atau bunga yang bisa diperoleh dari investasi ini sebesar 6,3%.

Meski terbilang kecil dibandingkan SBR seri sebelumnya, menurut Loto besaran kupon itu mengacu pada suku bunga Bank Indonesia (BI) yang saat ini di level 5%. Sehingga, spread yang ditetapkan Kemenkeu adalah 1,3%.

"Kalau pun tingkat bunganya lebih rendah kan bagus buat negara. Ekonomi berjalan," imbuh dia.




(eds/eds)

Hide Ads