Ketemu Airlangga, Luhut Ngobrol Soal Omnibus Law hingga Corona

Ketemu Airlangga, Luhut Ngobrol Soal Omnibus Law hingga Corona

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 03 Feb 2020 21:20 WIB
Prabowo Subianto berjanji menurunkan harga telur dalam 100 hari jika terpilih. Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan kemudian buka suara mengkritik janji itu.
Foto: pool
Jakarta - Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pagi tadi menyambangi kantor Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Menurut Luhut kunjungannya itu membahas dua hal, yaitu omnibus law hingga bahayanya virus corona.

Awalnya, dari cerita Luhut keduanya berbincang masalah RUU omnibus law cipta lapangan kerja di kantor Airlangga. Menurutnya, serikat buruh sudah dikomunikasikan soal bab tenaga kerja dalam rancangannya.

"Bicara omnibus Law, mengenai tenaga kerja tadi sudah dikomunikasikan dengan serikat serikat buruhnya sudah dilakukan. Kan itu bagus," ungkap Luhut ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2020).


Pembicaraan menurutnya berlanjut ke permasalahan dampak virus corona. Menurutnya, sudah banyak dampak yang terlihat.

"Cuma yang kita harus waspadai ini adalah sampai berapa lama ini corona bertahan. Karena, itu dampaknya sudah mulai kelihatan. Banyak bicara ke sana tadi," kata Luhut.

Di sektor ekspor makanan misalnya, Luhut mengatakan buah manggis sudah tak lagi bisa diekspor. Kalau hal ini terus terjadi, menurutnya bisa saja mematikan para petani.

"Karena ekspor kita misalnya seperti makanan, manggis itu mereka nggak bisa terkirim. Akibatnya petani kita yang mati," ungkap Luhut.

Belum lagi karena penutupan akses dari dan menuju ke China, banyak daerah wisata menjadi sepi. Luhut menyebut kerugiannya bisa sampai jutaan dollar per bulan.

"Sekarang dilarang, enggak ada yang datang. Itu lebih parah lagi sekarang. Bali itu sepi, Singapura itu sekarang sepi. Kita Manado habis, Bintan juga nggak ada sama sekali. Jadi bisa kita rugi berapa puluh juta dollar per bulan," papar Luhut.

Dia juga mengatakan, dahulu ada virus SARS di China yang bisa mengoreksi GDP China hingga 2%. Sekarang dengan adanya Corona bisa saja terkoreksi hingga 3%.

"Tapi ini sangat parah. Jadi kalau dulu SARS di China itu dampak pada GDP-nya terkoreksi 2%. Sekarang bisa 3% terkoreksi mereka dan itu bisa jadi dampak besar," jelas Luhut.


(dna/dna)

Hide Ads