Erick Minta Holding Farmasi Bikin Antivirus Corona

Erick Minta Holding Farmasi Bikin Antivirus Corona

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2020 11:37 WIB
Wabah virus corona telah ditetapkan oleh WHO sebagai darurat global. Para ilmuwan di berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin dari virus itu
Ilustrasi Vaksin Corona Foto: AP Photo
Jakarta -

Perusahaan Induk (holding) Farmasi yang terdiri dari Bio Farma sebagai induk holding, bersama PT Kimia Farma Tbk, dan PT Indonesia Farma (Indofarma) Tbk resmi dibentuk per 31 Januari 2020 lalu.

Dengan terbentuknya holding farmasi itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir langsung memerintah perusahaan farmasi pelat merah itu untuk segera melakukan riset untuk menciptakan vaksin corona.

"Pak Erick mendorong Bio Farma dan kawan-kawan untuk mencarikan atau melakukan riset secepatnya untuk (ciptakan) vaksin, mana tahu kita punya tumbuh-tumbuhan yang bisa dipakai untuk melawan ini (Virus Corona)," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Tak hanya untuk menciptakan vaksin Corona, pembentukan holding farmasi sendiri memiliki tujuan utama yakni mengurangi impor obat dan alat kesehatan.

Sebab, industri farmasi secara keekonomian dianggap memiliki prospek yang sangat besar. Angka pertumbuhannya bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi.

"Industri farmasi ini di dunia ini besarnya US$ 7,6 triliun. Hebatnya lagi pertumbuhan biaya kesehatan negara hampir selalu 2 kali lipat dari pertumbuhan ekonomi negara. Jadi kalau Indonesia pertumbuhan ekonominya 5% maka biaya kesehatan tumbuh 2 kali lipatnya atau 10%. Jadi industri farmasi prospeknya besar sekali," ujar Arya.

Arya mengatakan, dengan adanya sub-hoding farmasi ini maka akan tercipta ketahanan, ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan kesinambungan obat nasional.


Selain itu, Arya mengatakan, upaya ini akan membangun industri kesehatan nasional yang inklusif, mandiri dan efisien.

Terpenting, kehadiran perusahaan farmasi RI ini juga diharapkan dapat menekan impor alat dan bahan baku kesehatan.

Selama ini, obat dan alat kesehatan di Indonesia 90% - 94% masih impor. Di mana total impor alat kesehatan Indonesia sejauh ini bisa mencapai US$ 750 juta atau setara Rp 10,50 triliun (kurs Rp 14.000). Sementara impor bahan bakunya mencapai US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun, di mana 60% berasal dari China dan 30% dari India.

Padahal, Indonesia memiliki keberagaman untuk keragaman hayati yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan berbagai macam obat-obatan.

Memperkuat peran holding farmasi tersebut, pemerintah akan membentuk kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

"Nanti kita juga akan melakukan kerja sama dengan Perguruan Tinggi, ada 3202 perguruan tinggi di Indonesia dan 85 Fakultas Kedokteran, jadi kita bekerjasama dengan mereka untuk mengurangi ini (impor)," pungkasnya.

Untuk diketahui, pembentukan holding farmasi telah diresmikan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) no 862/KMK.06/2019 soal inbreng saham.



Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads