Rencana Holding Farmasi Pangkas Harga Obat dan Bikin Penawar Corona

Rencana Holding Farmasi Pangkas Harga Obat dan Bikin Penawar Corona

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 06 Feb 2020 09:45 WIB
ilustrasi obat
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Holding BUMN farmasi kini sudah terbentuk, di mana PT Bio Farma menjadi induk usaha bersama anggotanya PT Kimia Farma Tbk dan PT Indonesia Farma (Indofarma) Tbk.

Penetapan Bio Farma sebagai induk holding BUMN farmasi ditandai pasca keluarnya surat persetujuan dari Menteri BUMN mengenai pengalihan seluruh saham seri B milik negara pada Kimia Farma maupun Indofarma ke Bio Farma pada 31 Januari 2020.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkapkan pembentukan holding BUMN farmasi diklaim mampu menurunkan harga obat yang saat ini masih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga mengatakan pembentukan holding BUMN farmasi ini bertujuan untuk memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, juga meningkatkan ketersediaan produk dengan menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi yang mendukung ekosistem ke depannya.

"Harga murah memang amanah, karena holding dibentuk memang untuk harga obat agar murah karena ada sinergi dari ujung ke ujung dari produsen ke konsumen," kata Honesti saat acara press conference Holding BUMN Farmasi di Jakarta, Rabu (5/2).

ADVERTISEMENT

Salah satu upaya holding BUMN farmasi menurunkan harga obat adalah dengan menekan volume bahan baku impor. Tercatat hingga saat ini 90% bahan baku obat didatangkan dengan impor. Dengan holding ini akan ditekan menjadi 75%.

"Dengan holding kita akan meningkatkan kapasitasnya, dari sisi produk juga akan mendukung keterjangkauan dengan meluncurkan produk baru, lalu efisiensi dengan meningkatkan skala bisnis BUMN farmasi, jadi keberadaan holding ini strategis dukung program pemerintah. Membuat sinergi degan sektor kesehatan nasional," jelasnya.

Selain menekan harga obat, holding BUMN farmasi akan membuat alat pendeteksi virus corona. Padahal instruksi Menteri BUMN Erick Thohir adalah membuat vaksin virus corona.

Perbedaan keputusan ini bukan tanpa alasan. Honesti bilang pembuatan vaksin membutuhkan waktu hingga 15 tahun, sehingga pihak holding BUMN farmasi pun tidak mengutamakan pembuatan vaksin namun memilih kepada alat pendeteksi virus corona.

"Kalau kita bicarakan bikin vaksin normal itu lumayan lama, itu butuh waktu 15 tahun dari nol. Makanya kita harus bersinergi dengan lembaga riset sehingga tidak dari nol," ujar dia.

Meski demikian, Honesti meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak panik terhadap virus corona yang ramai belakangan ini. Menurut dia salah satu obat mujarab untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menjaga daya tahan tubuh.

"Tidak ada yang punya vaksin. Intinya selama menjaga daya tahan tubuh tidak akan, menjaga pola hidup tidak begadang. Karena yang kena itu karena fisiknya turun," ungkapnya.

"Kita tidak berhenti untuk mencari antivirus itu, kita sedang ngobrol dan mencari alat deteksinya dulu, karena kita tidak menyatakan langsung tanpa alat deteksi dini, kita juga sudah bicara dengan Kemenkes. Mudah-mudahan Indonesia tidak ada yang diklaim," tambahnya.

Dengan dibentuknya holding, BUMN juga ingin menjadi nomor satu pemain farmasi di Indonesia. Adapun pangsa pasar holding ini ditargetkan menjadi 7,5% sampai 10%. Holding sendiri memiliki capex atau belanja modal sekitar Rp 3 triliun dan total aset mencapai Rp 30,6 triliun.

Rencana Holding Farmasi Pangkas Harga Obat dan Bikin Penawar Corona

Hide Ads