Terutama arus ekspor dan impor yang dikirim melalui jalur udara termasuk barang yang dipesan lewat e-commerce.
"Untuk air freight (udara) sudah dipastikan terkena dampaknya karena berhenti penerbangan, karena hampir 85% angkutan udara mempergunakan pesawat penumpang (kargo), tapi kan pemerintah memberhentikan semua penerbangan termasuk freighter," ujar Yukki kepada detikcom, Sabtu (8/2/2020).
Meski penerbangan penumpang dari dan ke China kini sudah dihentikan total, akan tetapi menurut Yukki kegiatan ekspor dan impor diupayakan tetap berjalan.
"Kegiatan ekspor dan impornya masih jalan, cuma untuk kali ini kita akali dengan cara mengirim melalui penerbangan tidak langsung dengan tetap melihat maskapai mana saja yang masih terbang ke China," ungkapnya.
Sebagian lainnya, ada pula barang ekspor dan impor yang dialihkan pengirimannya lewat jalur laut.
"Ya sebagian ada yang lewat laut, tapi tergantung juga jenis barang dan volumenya," sambungnya.
Akan tetapi, untuk barang impor yang dipesan melalui e-commerce, sama sekali tidak bisa dialihkan lewat jalur laut, karena tentu akan memakan waktu yang sangat lama untuk sampai ke negara tujuan.
"Kalau yang pemesanan Melalui e commerce agak sulit karena akan lama, jadi tetap lewat jalur udara ya dengan penerbangan tidak langsung tadi," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah resmi menunda penerbangan dari dan ke China, sejak Rabu (5/2/2020) lalu.
Hal ini diberlakukan sebagai upaya pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona yang sejauh ini telah menewaskan korban hingga lebih dari 700 orang dan lebih dari 31.000 kasus orang terinfeksi yang tersebar di 25 negara.
(hns/hns)