Hampir dua dekade telah berlalu sejak virus Corona yang dikenal sebagai SARS pertama kali muncul di China. Virus tersebut menewaskan ratusan orang hingga membuat ekonomi global terguncang.
Virus Corona yang saat ini menyerang China pun diprediksi bisa jauh lebih merusak ekonomi global. Lantas, patutkah para investor khawatir akan dampak buruk yang diserang oleh virus mematikan ini?
Mengutip CNN Business, sejak wabah SARS melanda China pada 2002 silam, China telah menjadi bagian dari bisnis global yang turut berkontribusi menyumbang pertumbuhan ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, China berkontribusi menumbuhkan berbagai pabrik seperti iPhone dan mendorong permintaan pasar untuk komoditas seperti minyak dan tembaga.
Negeri tirai bambu ini juga mampu menawarkan ratusan juta konsumen kaya untuk menghabiskan banyak uang untuk sektor pariwisata dan industri mobil. Meskipun saat itu wabah SARS masih jadi ancaman.
"Wabah ini berpotensi (memang) menyebabkan dislokasi ekonomi dan pasar yang parah. Namun dampaknya mustahil untuk diprediksi," ujar Kepala Ekonom Kelompok di Capital Economics Neil Shearing, Senin (12/2/2020).
Sebagai informasi, berdasarkan statistik, perekonomian China telah menyumbang sekitar 4% dari PDB dunia pada tahun 2003. Dan sekarang 16% dari output global.
Globalisasi pun telah mendorong perusahaan untuk membangun rantai pasokan yang melintasi perbatasan nasional, sehingga membuat ekonomi jauh lebih terhubung. Bank-bank sentral utama juga telah menggunakan banyak amunisi untuk melawan kemerosotan ekonomi sejak krisis 2008 sehingga tingkat utang global tidak pernah lebih tinggi.
(eds/eds)