Puluhan ribu orang masih positif terjangkit virus ini. Sebagian kecil ada yang diklaim sudah sembuh Corona.
Situasi yang penuh ketidakpastian ini menjadi berkah tersendiri bagi instrumen investasi safe haven, misalnya emas dan dolar Amerika Serikat (AS).
Investor mulai memindahkan uangnya dari instrumen yang penuh risiko ke investasi safe haven supaya tidak rugi-rugi amat saat kondisi ekonomi menurun.
"Ada banyak yang faktor yang membuat dolar AS menguat," kata Kepala Analis Pasar Keuangan Brown Brothers Harriman, Win Thin, seperti dikutip dari CNN, Rabu (12/2/2020).
Pertama, sentimen positif membaiknya pasar saham AS. Kedua ekspektasi rendahnya pengaruhnya Corona ke negeri Paman Sam.
Selain itu, pasar juga memprediksi Donald Trump akan kembali terpilih menjadi Presiden AS sehingga tidak akan ada banyak perubahan regulasi di AS dalam waktu dekat.
Ditambah tidak adanya pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed) dalam jangka pendek.
Dolar AS sudah menguat lawan banyak mata uang dunia sejak awal tahun ini, seperti euro, yen Jepang, hingga yuan China.
Namun tidak termasuk rupiah. Mata uang Garuda justu menguat terus lawan dolar AS.
Harga emas juga stabil di posisi tinggi setelah sempat mencetak rekor September lalu di US$ 1.895 per ounce. Sempat turun setelah cetak rekor, kini harga emas berada di kisaran US$ 1.568 per ounce, naik US$ 9.
Harga emas di dalam negeri juga sempat mencetak rekor mendekati Rp 800.000/gram. Pagi tadi harga emas batangan Antam dijual Rp 774.000 gram.
Prediksinya jika corona masih akan 'menghajar' ekonomi dalam jangka pendek, maka dolar AS dan harga emas masih bisa naik lagi.
(ang/ara)